PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), perusahaan di balik platform Blibli, baru-baru ini mengumumkan langkah restrukturisasi yang berdampak pada sekitar 270 karyawan. Pemutusan hubungan kerja (PHK) ini diklaim sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan membuka jalan bagi pertumbuhan yang lebih berkelanjutan di masa depan.
Menurut Direktur Global Digital Niaga, Eric Winarta, perusahaan telah memberikan kompensasi yang sesuai, bahkan melebihi ketentuan yang diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan Indonesia, kepada seluruh karyawan yang terkena dampak PHK. “Perseroan telah memberikan paket kompensasi untuk memastikan pemenuhan seluruh hak para karyawan yang terdampak telah sesuai atau bahkan lebih daripada yang diatur dalam ketentuan peraturan undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia,” ujarnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (4 November 2025).
Winarta mengakui bahwa penyesuaian organisasi ini bukan tanpa tantangan. Namun, manajemen Blibli optimis bahwa langkah strategis ini akan membawa dampak positif terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. “Manajemen perseroan percaya bahwa penyesuaian organisasi akan memiliki dampak positif terhadap kinerja perseroan di masa depan,” imbuhnya.
Meskipun masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 1,85 triliun hingga kuartal III 2025, Blibli menunjukkan tren positif dengan penurunan kerugian sebesar 0,24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,86 triliun. Data ini mengacu pada keterbukaan informasi di BEI.
Di sisi lain, BELI berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan dan pendapatan usaha yang signifikan. Pada tahun 2025, perusahaan meraih Rp 15,2 triliun, meningkat 25,61% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang sebesar Rp 12,13 triliun. Laba bruto juga mengalami peningkatan sebesar 14,47%, dari Rp 2,3 triliun pada 2024 menjadi Rp 2,6 triliun pada 2025.
Beban operasional yang besar menjadi faktor utama yang membebani kinerja keuangan Blibli. Beban umum dan administrasi tercatat sebesar Rp 2,84 triliun, beban penjualan Rp 1,52 triliun, beban pokok penjualan dan pendapatan Rp 12,56 triliun, beban bunga dan keuangan Rp 182,9 miliar, beban pajak Rp 55,76 miliar, serta beban lain-lain Rp 55,2 miliar. Selain itu, perusahaan juga memiliki utang sebesar Rp 7,09 triliun.
Meskipun demikian, total aset Blibli pada kuartal III 2025 mengalami peningkatan sebesar 8,45% menjadi Rp 17,52 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 16,16 triliun.
Direktur Global Digital Niaga, Ronald Winardi, menjelaskan bahwa peningkatan aset ini didorong oleh kebutuhan modal kerja perusahaan dan entitas anak dalam memanfaatkan peluang pertumbuhan bisnis. Kenaikan aset ini juga mencakup peningkatan persediaan sebesar Rp 1,03 triliun dan peningkatan piutang sebesar Rp 863 miliar.
“Kenaikan liabilitas meliputi peningkatan utang bank sebesar Rp 1,2 triliun dan peningkatan beban aktual Rp 138,9 miliar, utang lain-lain Rp 119,8 miliar, dan utang dagang Rp 474 miliar,” jelas Ronald dalam surat kepada BEI tertanggal 29 Oktober 2025, terkait perubahan aset dan liabilitas lebih dari 20 persen.
Faiz Zaki berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Bagaimana e-Commerce Tumbuh di Tengah Melemahnya Daya Beli





