Emas Rekor! Saham Tambang Emas Terbang, Ini Untungnya!

Admin

No comments

JAKARTA, Sibisnis – Harga emas global yang terus mencetak rekor tertinggi menjadi katalis positif bagi emiten tambang emas di Indonesia. Sektor ini dinilai sedang memasuki fase pertumbuhan jangka panjang yang menjanjikan.

Pada hari Senin (13/10), harga emas dunia menembus level US$ 4.100 per ons troi, sebuah pencapaian yang menandai rekor tertinggi baru. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang mendorong investor mencari aset *safe haven*.

Michael Wildon Ng, Research Analyst Verdhana Sekuritas Indonesia, melihat momentum ini sebagai peluang revaluasi bagi emiten emas Indonesia. Menurutnya, perusahaan-perusahaan tambang emas Tanah Air berada di titik awal siklus pertumbuhan baru yang menarik.

“Eksplorasi yang berhasil, peningkatan kapasitas produksi, dan momentum *Initial Public Offering* (IPO) menjadi pendorong utama pertumbuhan ini,” tulis Michael dalam risetnya, Selasa (14/10/2025).

Verdhana Sekuritas memperkirakan sektor tambang emas Indonesia akan mencatat rata-rata pertumbuhan laba (CAGR) sebesar 45% dalam periode 2026–2029. Proyeksi ini didasarkan pada peningkatan produksi dan mulai beroperasinya ekspansi tambang bawah tanah.

“Total *shareholder return* (TSR) sektor ini berpotensi mencapai 45% pada 2026, terutama didorong oleh pertumbuhan laba yang solid,” jelas Michael.

Kesuksesan IPO PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS), dengan valuasi setara US$ 377 per ons cadangan emas berdasarkan harga IPO, menjadi tolok ukur baru bagi sektor tambang emas Indonesia yang tengah menikmati momentum *rerating*.

Michael juga memproyeksikan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) sebagai motor pertumbuhan baru. Hal ini seiring dengan dimulainya proyek tambang bawah tanah dan peningkatan kadar emas dalam produksi mereka.

Bahlil: Pasokan Emas Antam (ANTM) Terdampak Berhentinya Tambang Grasberg Freeport

“Ekspansi yang terencana dengan baik dan monetisasi cadangan baru akan menjaga momentum pertumbuhan jangka panjang sektor ini,” lanjut Michael.

Selain itu, akuisisi aset emas Doup oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) dinilai akan menambah nilai strategis perusahaan dan memperkuat profil pertumbuhan laba di masa depan.

Meskipun menghadapi tekanan biaya akibat kenaikan royalti 60% dan penerapan mandat biodiesel B40, emiten tambang emas di Indonesia dinilai masih mampu mempertahankan margin kas yang sehat.

Menurut Michael, kebijakan tersebut memang mendorong kenaikan biaya produksi hingga kisaran US$ 1.500 per troi ons–US$ 1.800 per troi ons. Namun, ia meyakini bahwa hal ini tidak akan banyak menggerus profitabilitas.

“Selisih antara harga jual emas dan biaya produksi masih cukup lebar. Margin kas rata-rata tetap berada di kisaran 45%–50%, yang menunjukkan efisiensi operasional masih kuat,” jelasnya.

Lebih lanjut, Verdhana Sekuritas menempatkan ARCI sebagai pilihan utama di sektor tambang emas, diikuti oleh INDY, EMAS, BRMS, dan UNTR dengan rekomendasi beli masing-masing.

“Kami tetap merekomendasikan buy untuk saham-saham tersebut karena valuasinya masih menarik dan prospek laba yang menjanjikan. Indonesia berada di posisi strategis untuk memanfaatkan siklus emas global berikutnya,” pungkas Michael.

Tags:

Share:

Related Post