PT Timah Tbk Catatkan Laba Bersih Rp 602 Miliar, Melonjak Dua Kali Lipat di Sembilan Bulan Pertama 2025
PT TIMAH (Persero) Tbk mengumumkan kinerja keuangan yang menggembirakan dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 602 miliar untuk periode sembilan bulan pertama tahun 2025 (9M-2025). Kinerja ini melesat tajam, bahkan dua kali lipat dibandingkan laba bersih yang diraih pada semester I-2025.
“Pertumbuhan laba yang signifikan ini didorong oleh kombinasi faktor positif,” ungkap Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah, Fina Eliani, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 31 Oktober 2025. Faktor-faktor tersebut meliputi kenaikan harga timah global, peningkatan permintaan dari industri elektronik, serta efektivitas strategi perseroan dalam mengoptimalkan penjualan dan menekan biaya produksi.
Harga timah di pasar global memang menunjukkan tren positif. Rata-rata *cash settlement price* di London Metal Exchange (LME) mencapai US$ 32.775,58 per ton pada September 2025, meningkat 8,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peluang ini dimanfaatkan PT Timah untuk memperluas jangkauan pasar ekspor dan meningkatkan margin keuntungan.
Meskipun demikian, Fina juga menyoroti adanya penurunan produksi bijih timah secara tahunan. Faktor cuaca yang tidak menentu, kondisi cadangan yang semakin menantang, serta aktivitas penambangan ilegal turut berkontribusi pada penurunan ini. Hingga September 2025, PT Timah mencatat total produksi bijih timah sebesar 12.197 ton dan produksi logam timah sebesar 10.855 ton.
Dari sisi penjualan, PT Timah berhasil menjual 9.469 metrik ton logam timah. Sebagian besar penjualan, yaitu 93 persen, ditujukan untuk pasar ekspor, sementara sisanya, 7 persen, diserap oleh pasar domestik. Enam negara utama tujuan ekspor PT Timah adalah Jepang (19 persen), Singapura (19 persen), Korea Selatan (18 persen), Belanda (9 persen), Italia (4 persen), dan Amerika Serikat (4 persen).
Lebih lanjut, Fina menjelaskan bahwa permintaan timah global, khususnya dari sektor elektronik untuk aplikasi seperti *tin solder* dan *tin chemical*, didorong oleh kuatnya permintaan dari Jepang dan Cina. Ia memprediksi bahwa aktivitas manufaktur elektronik global akan terus menjadi mesin utama penggerak permintaan timah di masa mendatang.
Prospek ini sejalan dengan perkiraan International Tin Association (ITA), yang memprediksi konsumsi logam timah global pada tahun 2025 akan tumbuh 0,6 persen menjadi 380.160 metrik ton, dengan pasokan diperkirakan mencapai 374.910 metrik ton. PT Timah sendiri berkontribusi signifikan terhadap ekspor timah Indonesia, dengan pangsa sekitar 21 persen, atau sekitar 3 persen dari total ekspor timah global yang mencapai 278.048 metrik ton.
Fokus PT Timah pada pasar ekspor di kawasan Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika terbukti membuahkan hasil positif. Hal ini tercermin dari peningkatan kinerja penjualan dan harga jual rata-rata logam timah yang mencapai US$ 33.596 per ton, naik 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, selama sembilan bulan pertama tahun ini, PT Timah berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 6,6 triliun dengan EBITDA Rp 1,5 triliun. Dari capaian tersebut, laba bersih mencapai Rp 602 miliar, atau setara dengan 78 persen dari target laba tahun 2025 sebesar Rp 774 miliar.
Dari sisi neraca, total aset PT Timah mengalami kenaikan sebesar 7 persen menjadi Rp 13,7 triliun, sementara liabilitas meningkat 14 persen menjadi Rp 6,1 triliun. Ekuitas PT Timah juga menunjukkan peningkatan sebesar 2 persen menjadi Rp 7,61 triliun.
Lebih jauh, indikator keuangan utama perseroan menunjukkan kondisi finansial yang sehat. Hal ini tercermin dari *quick ratio* PT Timah yang tercatat sebesar 32,8 persen, *current ratio* sebesar 177,8 persen, *debt to asset ratio* sebesar 44,4 persen, dan *debt to equity ratio* sebesar 79,9 persen.
Pilihan Editor: Risiko Jika Koperasi Mengelola Tambang





