Sibisnis JAKARTA. PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memproyeksikan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mengalami koreksi pada pekan ini. Sentimen global menjadi faktor utama yang memengaruhi proyeksi tersebut.
Salah satu katalis utama yang diperkirakan memicu kekhawatiran adalah kebijakan tarif baru yang diterapkan Amerika Serikat terhadap China. Kebijakan ini dikhawatirkan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Sebagai dampaknya, harga emas sebagai aset safe haven berpotensi mengalami kenaikan.
Menurut Equity Analyst IPOT, Hari Rachmansyah, situasi ini dapat memicu aksi profit taking oleh para investor. Lebih lanjut, risiko keluarnya dana asing (foreign outflow) dari pasar saham domestik juga menjadi perhatian.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, IHSG diprediksi berpotensi terkoreksi dan menguji level support di 8.150, dengan level resistance terdekat berada di 8.272 dalam sepekan mendatang.
Cek Rekomendasi Saham Pilihan dan Proyeksi IHSG untuk Hari Ini (13/10)
“Pelaku pasar disarankan untuk mengambil posisi defensif, dengan fokus pada saham-saham yang memiliki fundamental kuat. Selain itu, strategi buy on weakness secara selektif juga direkomendasikan,” ujar Hari dalam keterangan resminya, Senin (13/10/2025).
Memasuki pekan ini, fokus investor diperkirakan akan tertuju pada dimulainya musim laporan keuangan, yang akan diawali oleh rilis laporan dari Citigroup dan JPMorgan. Hal ini diharapkan dapat menahan laju koreksi indeks.
Meskipun demikian, secara keseluruhan, pasar AS masih berpotensi melanjutkan pelemahan secara mingguan. Ketidakpastian kebijakan fiskal dan meningkatnya tensi perdagangan menjadi faktor yang membebani.
Sementara itu, dari dalam negeri, pemerintah berencana untuk mengalihkan sisa dana sebesar Rp 15 triliun yang belum terserap, terutama dari BTN yang baru menyalurkan sekitar 19%, ke Bank Pembangunan Daerah (BPD). Langkah ini bertujuan untuk memperkuat likuiditas sektor perbankan di daerah.
Di sisi lain, kebijakan baru yang membuka peluang bagi koperasi dan UMKM untuk mengelola tambang hingga 2.500 hektar dinilai Hari sebagai langkah positif. Kebijakan ini diharapkan dapat memperluas partisipasi ekonomi masyarakat di sektor sumber daya alam.
Selain itu, pemerintah juga menyerahkan enam smelter beserta aset sitaan negara kepada PT Timah Tbk (TINS). Hal ini merupakan langkah konkret dalam pemberantasan tambang ilegal.
IHSG Siaga Hadapi Efek Domino Perang Dagang Trump–Xi
Dengan berbagai sentimen yang ada, IPOT merekomendasikan tiga saham yang patut dicermati oleh investor selama sepekan ini. Berikut adalah uraiannya:
1. PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA)
Dalam sepekan terakhir, CDIA mencatatkan net buy asing sebesar Rp 536 miliar, yang menunjukkan minat beli yang kuat. Selama harga saham bertahan di atas EMA-5, CDIA berpotensi melanjutkan tren kenaikannya. Hal ini didukung oleh sentimen positif dari langkah perusahaan untuk memperkuat kendali pada dua anak usahanya di sektor pelayaran, yaitu CSI dan MIM.
Rekomendasi: buy
Entry: Rp 2.320
Target harga: Rp 2.670
Stoploss: Rp 2.140.
2. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
ANTM mencatatkan net buy asing sebesar Rp 135 miliar dalam sepekan terakhir. Hal ini didorong oleh sentimen positif dari kenaikan harga emas yang signifikan akibat meningkatnya ketidakpastian global. Kondisi ini memberikan peluang bagi saham ANTM untuk melanjutkan potensi penguatan dalam waktu dekat.
Rekomendasi: buy
Entry: Rp 3.310
Target harga: Rp 3.600
Stoploss: Rp 3.190.
3. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
SSIA mulai menunjukkan perubahan arah dengan pergerakan harga yang berbalik ke tren uptrend. Hal ini didukung oleh meningkatnya minat investor serta sentimen positif dari pengembangan proyek kawasan industri Subang Smartpolitan. Proyek ini menjadi katalis utama karena diharapkan dapat menarik investasi dari berbagai sektor, termasuk otomotif dan manufaktur, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kinerja penjualan lahan dan pendapatan perusahaan di masa depan.
Rekomendasi: buy
Entry: Rp 2.090
Target harga: Rp 2.320
Stoploss: Rp 1.970





