IHSG Terbang Tinggi! Saham Konglomerat Jadi Penyelamat, Sentimen Global Membantu

Admin

No comments

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menutup perdagangan di zona hijau pada Jumat (10 Oktober 2025), dengan kenaikan tipis sebesar 0,08% ke level 8.257. Secara kumulatif, dalam sepekan terakhir, IHSG mencatatkan penguatan yang cukup signifikan, yakni sebesar 1,72%. Kinerja positif ini menunjukkan resiliensi pasar modal Indonesia di tengah kompleksitas sentimen global dan dinamika ekonomi domestik.

Dari sisi sektoral, sektor transportasi menjadi bintang pada pekan ini dengan lonjakan tertinggi, mencapai 3,04%. Sementara itu, sektor keuangan justru mengalami tekanan yang paling besar, dengan pelemahan sebesar 1,26%. Perbedaan kinerja sektoral ini mencerminkan adanya pergeseran preferensi investor dan sentimen pasar terhadap prospek masing-masing sektor.

Daniel Agustinus, Direktur PT Kanaka Hita Solvera, menjelaskan bahwa penguatan IHSG selama sepekan terakhir didorong oleh pergerakan saham-saham dari kelompok konglomerasi. Menurutnya, fenomena ini erat kaitannya dengan momentum rebalancing Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang akan berlangsung pada pertengahan bulan ini. Rebalancing MSCI seringkali memicu perubahan komposisi portofolio investor, yang berdampak pada pergerakan saham-saham tertentu.

“Selain itu, investor di dalam negeri juga masih mencermati dengan seksama kebijakan-kebijakan terbaru dari pemerintah, serta arah investasi yang akan ditempuh oleh Danantara,” ujar Daniel kepada Kontan, Jumat (10/10/2025). Kebijakan pemerintah dan strategi investasi lembaga-lembaga besar seperti Danantara dapat menjadi katalis penting yang memengaruhi sentimen dan arah pasar.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menambahkan perspektif lain mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kinerja IHSG. Menurutnya, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) serta pergerakan harga emas dunia turut memberikan sentimen positif bagi pasar saham Indonesia sepanjang pekan ini.

“Komentar dari The Fed yang nampaknya masih cenderung hawkish terhadap perkembangan ekonomi AS juga menjadi perhatian pelaku pasar,” imbuh Herditya. Sinyal kebijakan moneter dari bank sentral AS, The Fed, selalu menjadi perhatian utama investor global karena dapat memengaruhi arus modal dan sentimen risiko.

Selain faktor-faktor eksternal, rilis data ekonomi juga turut mewarnai pergerakan pasar. Data cadangan devisa Indonesia pada September 2025 tercatat mengalami penurunan menjadi US$ 148,7 miliar, dibandingkan dengan US$ 150,7 miliar pada Agustus 2025. Penurunan ini merupakan level terendah sejak Juli 2024, yang terutama disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah.

Di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menunjukkan tren melandai juga turut memengaruhi dinamika pasar pada pekan ini. IKK merupakan indikator penting yang mencerminkan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi, dan penurunannya dapat mengindikasikan adanya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi ke depan.

Menjelang awal pekan depan (Senin, 13/10), Herditya memperkirakan IHSG akan bergerak dengan kecenderungan menguat terbatas, dengan level support di 8.222 dan resistance di 8.272. “Kami perkirakan, IHSG akan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap USD, pergerakan harga emas dunia, rilis data neraca dagang China, dan rilis kinerja emiten kuartal III-2025,” kata Herditya.

Senada dengan Herditya, Daniel memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam rentang support 8.150 dan resistance 8.300 pada awal pekan depan. Dengan demikian, pelaku pasar perlu mencermati berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.

Tags:

Share:

Related Post