Warren Buffett: Strategi Jitu Hadapi Pasar Saham Anjlok, Dijamin Cuan!

Admin

No comments

Pasar saham memang seringkali membuat jantung berdebar. Ibarat _roller coaster_, harganya bisa melambung tinggi, lalu tiba-tiba terjun bebas. Tak heran, investor pemula kerap panik saat pasar menunjukkan penurunan tajam. Namun, di tengah gejolak inilah, menurut legenda investasi Warren Buffett, justru kesempatan emas seringkali muncul.

Lalu, bagaimana caranya agar kita tidak ikut panik dan justru bisa memanfaatkan momen tersebut? Berikut prinsip-prinsip yang dianjurkan Buffett saat pasar sedang bergejolak, yang kami rangkum dari _Investopedia_:

Wijaya Karya (WIKA) Kembali Gelar RUPO dan RUPSU Bulan Ini, Simak Jadwalnya

Tetap Tenang dan Hindari Jual Rugi

Buffett selalu menekankan pentingnya kepala dingin saat pasar sedang “berdarah-darah”. Ia percaya bahwa, “the stock market is designed to transfer money from the active to the patient,” yang berarti pasar saham dirancang untuk memindahkan uang dari investor yang reaktif (mudah panik) ke investor yang sabar.

Mengapa demikian? Karena menjual aset saat harganya anjlok karena panik sama saja dengan mengunci kerugian. Alih-alih terburu-buru menjual, Buffett menyarankan untuk menahan diri, melihat penurunan harga sebagai gangguan sementara, dan fokus pada investasi jangka panjang.

“Be Fearful When Others Are Greedy, and Be Greedy Only When Others Are Fearful”

Kutipan Buffett ini sangat ikonik: “Hati-hatilah saat orang lain serakah, dan serakahlah saat orang lain takut.” Pesan ini sangat relevan dalam kondisi pasar yang fluktuatif.

Intinya, saat pasar sedang ramai dan semua orang berlomba-lomba membeli (serakah), kita justru harus waspada (hati-hati). Sebaliknya, saat banyak orang ketakutan dan menjual asetnya (takut), mungkin itulah saat yang tepat untuk membeli (serakah).

Buffett mempraktikkan prinsip ini saat krisis finansial 2008. Di saat banyak investor khawatir pasar akan runtuh total, ia justru berani menginvestasikan dana besar di Goldman Sachs melalui kesepakatan obligasi preferen dengan dividen 10% dan waran saham, yang kemudian menghasilkan keuntungan fantastis bagi Berkshire Hathaway.

Kinerja Timah (TINS) Prospektif Usai Dapat 6 Smelter, Ini Rekomendasi Analis

Fokus pada Fundamental Bisnis

Buffett tidak mudah terpancing untuk bereaksi terhadap fluktuasi harga jangka pendek. Baginya, yang terpenting adalah kekuatan fundamental bisnis yang mendasari investasi tersebut. Apakah bisnis tersebut memiliki produk atau layanan yang relevan, pangsa pasar yang kuat, dan prospek jangka panjang yang cerah?

Buffett sering bertanya: apakah penurunan 30% pada harga saham akan mengubah jumlah orang yang mengonsumsi Coca-Cola atau menggunakan kartu American Express di tahun depan? Jika jawabannya “tidak banyak berubah,” maka nilai fundamental bisnis tersebut tetap utuh, dan pasar mungkin hanya bereaksi berlebihan.

Contohnya, pada tahun 1973, Buffett membeli saham Washington Post saat pasar sedang lesu, dengan harga yang jauh di bawah nilai intrinsik yang telah ia hitung. Meskipun harga saham sempat turun lebih dalam, Buffett tetap bertahan karena keyakinannya pada potensi jangka panjang bisnis tersebut. Hasilnya? Investasi senilai US$ 10,6 juta itu melonjak menjadi lebih dari US$ 200 juta pada tahun 1985.

Jangan Terjebak dalam Usaha Menebak “Waktu Pasar” (Market Timing)

Menurut Buffett, mencoba memprediksi kapan pasar akan naik atau turun, atau yang dikenal sebagai _market timing_, adalah “fool’s game” (permainan orang bodoh). Ia lebih memilih strategi investasi jangka panjang _(buy and hold)_ dibandingkan dengan mencoba keluar masuk pasar berdasarkan prediksi semata.

Sebagai contoh, Buffett telah memegang saham Coca-Cola selama puluhan tahun, dan juga mempertahankan kepemilikan American Express sejak tahun 1960-an.

Memang, godaan untuk menjual saat berita buruk datang sangat besar. “Harganya sudah turun, mungkin akan jatuh lebih dalam lagi?” Namun, Buffett menyarankan agar kita menahan diri untuk tidak keluar masuk pasar hanya berdasarkan prediksi semata.

Simpan Cadangan Kas sebagai “Peluru” Finansial

Kebanyakan penasihat keuangan menganjurkan agar investor selalu “terinvestasi penuh”. Namun, Buffett memandang kas sebagai “amunisi,” yaitu modal yang siap digunakan saat peluang langka muncul.

Berkshire Hathaway dikenal sering memegang dana tunai dalam jumlah besar, bahkan saat pasar sedang _bullish_. Ketika investor lain panik dan menjual aset mereka, Buffett sudah siap dengan dana tunai untuk membeli. Dalam surat kepada pemegang saham tahun 2010, ia menyatakan komitmennya untuk selalu menjaga setidaknya US$ 10 miliar dalam bentuk kas.

Tonton: Gubernur Se-Indonesia Geruduk Purbaya Protes Pemotongan TKD 2026

Kesimpulan: Ubah Krisis Menjadi Kesempatan

Inti dari filosofi investasi Buffett sangat sederhana: jangan biarkan emosi mengendalikan keputusan investasi Anda. Pasar mungkin akan jatuh, tetapi jika Anda tetap tenang, fokus pada fundamental bisnis, dan memiliki cadangan kas untuk memanfaatkan peluang yang ada, krisis justru bisa menjadi momen untuk membeli, bukan menjual.

Dengan kata lain, saat orang lain panik, Anda bisa tetap rasional. Dan saat pasar membaik, Anda sudah berada dalam posisi yang kuat untuk meraih keuntungan.

Tags:

Share:

Related Post