NEW YORK – Harga emas mencatatkan kenaikan pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (26 September 2025), dengan naik 0,53% ke level US$3.759,86 per ons troi. Sentimen positif ini dipicu oleh data inflasi Amerika Serikat (AS) yang sesuai dengan perkiraan, semakin memperkuat spekulasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan kembali memangkas suku bunga pada akhir tahun ini.
Sementara itu, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup lebih tinggi, naik 1% menjadi US$3.809. Analis pasar melihat data inflasi ini sebagai lampu hijau bagi The Fed untuk melanjutkan kebijakan moneternya yang lebih akomodatif.
“Data PCE bulanan sesuai dengan proyeksi, meskipun terdapat sedikit perbedaan pada pendapatan dan pengeluaran pribadi. Secara keseluruhan, data ini tidak akan menghalangi The Fed untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga secara hati-hati pada pertemuan bulan Oktober mendatang,” jelas Tai Wong, seorang pedagang logam independen, seperti dikutip dari Reuters.
Data yang dimaksud adalah indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS yang naik 2,7% secara tahunan (year-on-year) pada bulan Agustus. Angka ini persis seperti yang diperkirakan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters. Kesesuaian ini memberikan keyakinan kepada investor bahwa The Fed akan tetap pada jalurnya.
Saat ini, para investor memperkirakan probabilitas sebesar 88% untuk pemangkasan suku bunga pada bulan Oktober dan peluang 65% untuk pemangkasan suku bunga lanjutan pada bulan Desember, menurut CME FedWatch Tool. Angka-angka ini mencerminkan sentimen pasar yang kuat terhadap pelonggaran kebijakan moneter.
Selain data ekonomi, pasar juga menantikan pernyataan dari Presiden The Fed Richmond, Thomas Barkin, dan Wakil Ketua The Fed, Michelle Bowman, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan The Fed ke depan. Pernyataan mereka akan menjadi perhatian utama para pelaku pasar.
Emas, sebagai aset safe haven tradisional, umumnya diuntungkan oleh suku bunga yang lebih rendah. Lingkungan suku bunga rendah cenderung membuat emas lebih menarik dibandingkan aset-aset yang memberikan imbal hasil, seperti obligasi. Di sisi perdagangan, pengumuman Presiden Donald Trump mengenai putaran tarif baru untuk barang-barang impor seperti obat-obatan, truk, dan furnitur, yang akan berlaku efektif mulai 1 Oktober, juga turut memengaruhi sentimen pasar.
Selain emas, logam mulia lainnya juga mencatatkan kenaikan. Harga perak spot melonjak 2,6% menjadi US$46,41 per ons, mencapai level tertinggi dalam lebih dari 14 tahun. Sementara itu, paladium naik 2,8% menjadi US$1.284,77, dan berada di jalur untuk kenaikan mingguan.
Platinum juga mengalami kenaikan signifikan, naik 2,5% menjadi US$1.568,21, level tertinggi dalam lebih dari 12 tahun. Kenaikan ini menunjukkan minat yang meluas terhadap logam mulia di pasar.
Para analis dan pedagang mencatat bahwa perak dan platinum mendapatkan momentum seiring dengan kenaikan harga emas. Investor mulai beralih ke alternatif yang lebih terjangkau. “Janji Presiden Tiongkok Xi untuk mengurangi emisi karbon bersih Tiongkok sebesar 7-10% pada tahun 2035 juga telah mendorong pembelian perak yang digunakan dalam sel surya,” kata Wong, menjelaskan faktor-faktor yang mendukung kenaikan harga perak.
Wong juga menambahkan bahwa sentimen positif di pasar perak semakin didukung oleh keadaan kahar (force majeure) yang dialami oleh Freeport di tambang tembaga Grasberg, yang turut memengaruhi pasokan perak.