Rights Issue Ramai: Analis Ungkap Untung Rugi Investasi Saham Baru!

Admin

No comments

Sibisnis JAKARTA. Gelombang penambahan modal melalui skema rights issue atau Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) kembali menggeliat di pasar modal. Sejumlah emiten berlomba menawarkan saham baru dengan berbagai tujuan strategis.

Teranyar, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO), produsen kakao dan cokelat ternama, mengumumkan rencana rights issue dengan menerbitkan 2,67 miliar saham baru. Harga yang ditawarkan adalah Rp 100 per saham. Aksi korporasi ini berpotensi mengantongi dana segar hingga Rp 266,96 miliar.

Rencananya, sekitar Rp 45 miliar dari dana tersebut akan dialokasikan untuk belanja modal, khususnya pembelian mesin-mesin baru di fasilitas produksi midstream perusahaan. Selain itu, COCO juga akan menginvestasikan Rp 40 miliar untuk memperkuat fasilitas produksi yang sudah ada. Sisanya akan digunakan sebagai modal kerja, memperkuat operasional emiten.

Mahogany Global Investment Pte Ltd, selaku pemegang saham pengendali COCO, telah menyatakan komitmennya untuk menyerap seluruh saham baru yang diterbitkan melalui rights issue ini. Ini menunjukkan kepercayaan mereka terhadap prospek bisnis COCO ke depan.

Sinergi Inti Andalan Prima (INET) Targetkan Rp 3,2 Triliun dari Rights Issue: Simak Detailnya

Sebelumnya, PT Sinergi Inti Andalan Tbk (INET) juga telah bersiap untuk melaksanakan rights issue dengan menerbitkan maksimal 12,8 miliar saham baru. Harga pelaksanaan ditetapkan sebesar Rp 250 per saham.

PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara, pemegang saham pengendali INET, tak hanya akan menyerap seluruh haknya, tetapi juga siap menjadi pembeli siaga untuk sisa saham yang mungkin tidak diambil oleh investor lain. Ini memberikan sinyal positif bagi kelancaran aksi korporasi ini.

Dana yang ditargetkan dari rights issue INET mencapai Rp 3,2 triliun. Angka fantastis ini akan digunakan untuk mempercepat ekspansi jaringan Fiber to The Home (FTTH) berkecepatan tinggi, dengan mengadopsi teknologi Wi-Fi 7 terkini. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing INET di pasar penyedia layanan internet.

PT Aviana Sinar Abadi Tbk (IRSX) juga tak ketinggalan. Mereka telah memperoleh restu dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 25 September 2025 untuk melaksanakan rights issue. IRSX berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 12,39 miliar saham baru. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memperkuat modal kerja dan membiayai ekspansi usaha, memperkokoh posisi IRSX di industrinya.

Emiten properti, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), juga berencana menggelar rights issue untuk yang ketiga kalinya. PANI akan menerbitkan maksimal 1,21 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk penambahan penyertaan saham pada entitas anak usahanya, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK). Selain itu, PANI juga akan menggunakan dana tersebut untuk penyertaan atas saham baru yang akan diterbitkan oleh beberapa anak usaha lainnya, yaitu PT Cahaya Inti Sentosa, PT Karunia Utama Selaras, dan PT Panorama Eka Tunggal. Langkah ini menunjukkan komitmen PANI dalam mengembangkan ekosistem bisnisnya.

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) juga berencana menggelar rights issue dengan menerbitkan 124,27 miliar saham baru, bernominal Rp 25 per saham. PT Angkasa Pura Indonesia (API) akan berpartisipasi dengan menyetorkan aset secara non tunai (inbreng) kepada GMFI. Setelah rights issue selesai, API akan menjadi pemegang saham GMFI.

Intip Rencana Ekspansi Aviana Sinar Abadi (IRSX) Usai Dapat Restu Rights Issue

Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, berpendapat bahwa penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) membuka peluang lebih lebar bagi emiten untuk mencari pendanaan dari berbagai sumber, termasuk melalui rights issue. Banyak emiten memanfaatkan momentum ini untuk memenuhi kebutuhan pendanaan, terutama untuk belanja modal.

Selain untuk belanja modal, rights issue juga dapat memperkuat struktur modal emiten. “Namun, risiko penyerapan dana yang tidak maksimal tetap ada, sehingga emiten perlu mempertimbangkan kondisi fundamentalnya dengan matang,” ujar Indy pada Jumat (3/10/2025).

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, menyoroti bahwa tren rights issue belakangan ini didominasi oleh emiten saham lapis kedua. Hal ini bisa jadi karena emiten-emiten tersebut sedang dalam fase ekspansi dan membutuhkan dukungan pendanaan yang signifikan.

Kondisi pasar saham Indonesia yang sedang bergairah, dengan performa positif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), turut mendorong minat investor untuk berpartisipasi dalam rights issue.

Aksi korporasi seperti rights issue dapat menjadi katalis positif bagi kelangsungan usaha emiten. Namun, dampak jangka panjangnya sangat bergantung pada keberhasilan emiten dalam merealisasikan rencana ekspansi bisnisnya.

Nico memprediksi bahwa tren penggalangan dana melalui rights issue akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2025. Dukungan pasar saham yang positif dan likuiditas yang memadai menjadi faktor pendorong utama. Bahkan, emiten yang memiliki rencana ekspansi bisnis di tahun 2026 berpotensi memanfaatkan rights issue sejak kuartal IV-2025.

“Kami melihat rights issue ini akan menjadi salah satu bekal penting bagi emiten untuk menghadapi dan menjalankan bisnis di tahun 2026,” kata Nico pada hari Jumat (3/10).

Meskipun tidak memberikan rekomendasi saham secara spesifik, Nico menyarankan investor untuk selalu memperhatikan fundamental dan potensi valuasi emiten sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam saham yang melaksanakan rights issue.

“Investor juga perlu mempertimbangkan harga pelaksanaan rights issue dari emiten,” tambahnya.

Senada dengan Nico, Indy juga memperkirakan tren rights issue akan tetap ramai pada kuartal IV-2025, terutama bagi emiten yang memiliki proyek-proyek besar. Bagi investor yang tertarik dengan saham emiten yang melaksanakan rights issue, Indy menyarankan untuk memantau dengan seksama penggunaan dana rights issue dan perkembangan kinerja fundamental emiten setelah ekspansi berjalan.

Tags:

Share:

Related Post