Rupiah Terancam! Analisis & Prediksi Rupiah Senin, 4 Agustus 2025

Admin

No comments

Bisnis JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau melemah pada penutupan perdagangan Jumat (1 Agustus 2025). Data Bloomberg menunjukkan rupiah di pasar spot terdepresiasi 0,35% menjadi Rp 16.513 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya.

Senada dengan data Bloomberg, Bank Indonesia melalui kurs referensi Jisdor juga mencatat pelemahan rupiah sebesar 0,21% ke level Rp 16.494 per dolar AS.

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menjelaskan bahwa sentimen *risk-off* kembali menguat di pasar Asia setelah pengumuman terbaru pemerintah AS terkait pengenaan tarif pada berbagai negara di Asia.

Sebagian besar negara memang dikenakan tarif yang lebih rendah dibandingkan pengumuman resiprokal 1 April lalu, namun secara umum, tarif yang dikenakan masih di atas 10%. Saat ini, perhatian pasar kembali tertuju pada perkembangan perang dagang AS-China, terutama menjelang tenggat waktu penundaan tarif AS-China.

Sepanjang pekan ini, menurut Josua, rupiah cenderung tertekan oleh penguatan data ekonomi AS dan ketidakpastian yang masih membayangi terkait arah kebijakan The Fed pasca hasil FOMC.

“Pada pekan depan, rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan terbatas. Hal ini didorong oleh perkiraan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 dibandingkan dengan kuartal I-2025,” ungkap Josua kepada Kontan, Jumat (1/8/2025).

Namun, di sisi lain, Josua melihat adanya potensi penguatan rupiah di awal pekan, seiring dengan potensi pelonggaran di pasar tenaga kerja AS.

Dari sisi domestik, Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi, menyoroti kontraksi manufaktur yang telah berlangsung selama empat bulan terakhir sebagai sentimen negatif yang mempengaruhi pergerakan rupiah. Kontraksi ini mengindikasikan penurunan output produksi dan penurunan permintaan baru.

Lebih lanjut, Ibrahim menambahkan bahwa permintaan ekspor baru juga mengalami penurunan, sementara perusahaan cenderung melakukan *retrenchment* yang ditandai dengan pengurangan karyawan dan pembelian.

“Tidak hanya tekanan permintaan dan produksi, produsen juga melaporkan tekanan harga yang semakin intensif sejak awal semester II-2025. Inflasi biaya menembus rekor tertinggi dalam empat bulan terakhir di tengah kenaikan harga bahan baku dan fluktuasi nilai tukar,” jelas Ibrahim, Jumat (1/8/2025).

Akibatnya, Ibrahim menjelaskan bahwa kenaikan biaya sebagian dibebankan kepada klien, meskipun inflasi biaya masih berada pada tingkat sedang. Kondisi ini juga mencerminkan penurunan tajam kepercayaan diri pengusaha dalam menghadapi tahun mendatang, dengan tingkat optimisme mencapai titik terendah dalam survei.

Untuk proyeksi perdagangan Senin, Josua memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.450-16.575 per dolar AS. Sementara itu, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.510 – Rp 16.560 per dolar AS.

Tags:

Share:

Related Post