Sibisnis – , JAKARTA – PT Victoria Investama Tbk. (VICO), sebagai pemegang saham pengendali, menegaskan komitmennya terhadap PT Bank Victoria International Tbk. (BVIC) dengan menambah kepemilikan saham di bank tersebut. Langkah strategis ini menunjukkan keyakinan VICO pada prospek pertumbuhan Bank Victoria.
Melalui keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (5/8/2025), manajemen Victoria Investama secara resmi mengumumkan peningkatan kepemilikan saham Bank Victoria. Jumlah saham yang dimiliki VICO naik signifikan dari 10,72 miliar menjadi 10,94 miliar saham. Akibatnya, porsi kepemilikan VICO di BVIC juga melonjak, dari semula 58,25% menjadi 59,40%.
Manajemen Victoria Investama menyatakan bahwa tujuan utama dari transaksi saham ini adalah untuk “meningkatkan penyertaan modal entitas anak,” yang menunjukkan upaya penguatan struktur permodalan Bank Victoria.
: Bank Victoria Syariah Siap Gelar RUPSLB, Tindak Lanjut Aksi Akuisisi oleh BTN
Aksi pembelian saham tersebut dieksekusi pada 1 Agustus 2025, melibatkan sebanyak 212,04 juta saham pada harga Rp118 per lembar. Untuk itu, Victoria Investama mengalokasikan dana sekitar Rp25,02 miliar guna memperkuat posisinya sebagai pengendali Bank Victoria.
Bank Victoria International Tbk. – TradingView
Peningkatan kepemilikan ini memastikan status langsung Victoria Investama sebagai pengendali Bank Victoria tetap terjaga. Berdasarkan informasi dari situs resmi Bank Victoria per 31 Juli 2025, Suzanna Tanojo juga tercatat sebagai salah satu pengendali perusahaan selain VICO.
: : Bank Victoria (BVIC) Rilis Obligasi, Kupon Tinggi hingga 9%
Selain konsolidasi kepemilikan, Bank Victoria juga aktif dalam upaya penggalangan dana. Perusahaan baru-baru ini telah sukses merilis Obligasi Berkelanjutan IV Tahap I Tahun 2025 dengan jumlah pokok mencapai Rp750 miliar, menunjukkan kepercayaan pasar terhadap prospeknya.
Penerbitan obligasi ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi IV Bank Victoria, yang menargetkan penghimpunan dana total hingga Rp1,5 triliun. Dalam prospektus singkat yang diterbitkan pada Rabu (25/6/2025), obligasi tersebut menawarkan tingkat bunga kompetitif sebesar 9%.
Manajemen Bank Victoria, pada Senin (30/6/2025), menjelaskan bahwa dana yang terkumpul dari penawaran umum obligasi, setelah dikurangi biaya emisi, akan dialokasikan sebagai modal kerja. Prioritas penggunaan dana ini adalah untuk mendukung pengembangan usaha, khususnya dalam penyaluran kredit, yang merupakan inti bisnis bank.
Dengan jangka waktu tiga tahun, obligasi ini ditawarkan pada nilai 100% dari nilai pokoknya pada tanggal emisi. Pembayaran bunga obligasi akan dilakukan setiap triwulan, dimulai sejak tanggal emisi, memberikan pendapatan reguler bagi investor.
Pembayaran bunga obligasi perdana dijadwalkan pada 4 Oktober 2025, sedangkan pelunasan pokok obligasi akan dilaksanakan secara penuh (bullet payment) pada saat jatuh tempo, yaitu 4 Juli 2028, bersamaan dengan pembayaran bunga terakhir.
Untuk menjamin kepercayaan investor, perseroan telah mengantongi hasil pemeringkatan “idA-” dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) terkait penerbitan obligasi berkelanjutan ini, menandakan profil risiko yang relatif stabil.
Transaksi penerbitan obligasi ini didukung oleh Victoria Sekuritas dan Sekuritas Sinarmas sebagai penjamin pelaksana dan penjamin emisi obligasi, dengan Bank Mega bertindak sebagai Wali Amanat, melengkapi struktur penerbitan yang solid.
Jual Anak Usaha
Di sisi lain, BVIC juga mencatatkan langkah signifikan melalui transaksi penjualan anak usahanya, Bank Victoria Syariah, kepada BTN. Aksi korporasi ini tidak hanya strategis tetapi juga memberikan keuntungan substantial bagi Bank Victoria, mencapai Rp100,66 miliar.
: : Jual Victoria Syariah Setara Rp297,14 Miliar, Bank Victoria (BVIC) Sebut Laba Rp100,66 Miliar
Wakil Direktur Utama BVIC, Rusli, menjelaskan bahwa keuntungan tersebut berasal dari penjualan 209,98 juta saham kepada BTN. Meskipun Bank Victoria International (BVIC) hanya memiliki 19,8097% saham di entitas tersebut, dari total nilai jual yang diumumkan sebesar Rp1,5 triliun untuk keseluruhan Bank Victoria Syariah, BVIC berhasil memperoleh bagian setara Rp297,14 miliar.
“Hasil penjualan tersebut berdampak positif pada peningkatan modal inti bank,” ujar Rusli dalam siaran pers paparan publik kuartal I/2025, yang dikutip pada Senin (23/6/2025), menggarisbawahi dampak positif terhadap solvabilitas bank.
Dukungan terhadap modal inti Bank Victoria semakin diperkuat dengan langkah Victoria Investama yang juga telah melakukan exercise senilai Rp256,66 miliar. Dengan kombinasi aksi korporasi ini, modal inti Bank Victoria diproyeksikan mampu menyentuh angka Rp4 triliun pada akhir Juni 2025, memperkuat fondasi keuangan bank.
Dari sisi pembeli, Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, mengkonfirmasi bahwa nilai transaksi dalam akuisisi Bank Victoria Syariah mencapai sekitar Rp1,5 triliun, menegaskan besarnya skala kesepakatan ini.
Ia juga menambahkan bahwa seluruh persyaratan administrasi terkait pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS) BTN telah terpenuhi, sebagaimana tercantum dalam akta jual beli dan pengambilalihan saham yang ditandatangani pada Kamis (5/6/2025).
“Sehingga hari ini kita transaksikan nilainya kurang lebih Rp1,5 triliun, plus minus sedikit begitu, ya. Atau [setara] 1,4 sampai 1,5 kali buku,” pungkas Nixon dalam konferensi pers yang diadakan di Menara 1 BTN, Jakarta Pusat, memberikan gambaran lengkap tentang nilai valuasi akuisisi tersebut.