Bisnis JAKARTA. Isu batalnya merger antara PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) dan PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) semakin santer terdengar. Indikasi kuatnya adalah pengembalian 10% saham yang sebelumnya sempat dipertukarkan (share swap) oleh kedua pemegang saham utama, yaitu Grup MNC dan Grup Lippo.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 28 Agustus 2025, PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) telah meningkatkan kepemilikan sahamnya di BABP sebanyak 4,4 miliar lembar. Jumlah ini setara dengan 10% dari total saham BABP yang beredar per 26 Agustus 2025. Dengan penambahan ini, total kepemilikan saham BCAP di MNC Bank kembali menjadi 48,83%.
Sebelumnya, PT Prima Cakrawala Sentosa, bagian dari Grup Lippo, sempat menggenggam 10% saham MNC Bank. Namun, kini nama Prima Cakrawala Sentosa tidak lagi tercantum dalam daftar pemegang saham MNC Bank.
Situasi sebaliknya terjadi pada kepemilikan saham di NOBU. Pada hari yang sama, Prima Cakrawala Sentosa justru menambah kepemilikan sahamnya di NOBU sebanyak 747,8 juta lembar, yang juga setara dengan 10% dari total saham NOBU.
MNC Bank Mencatat Pengguna MotionBank Tumbuh 8,04% pada Juni 2025
Dalam transaksi ini, Prima Cakrawala Sentosa mengambil alih saham yang sebelumnya dimiliki oleh PT MNC Land Tbk (KPIG). Ini merupakan bagian dari tukar guling saham yang dilakukan kedua konglomerasi sebagai bagian dari rencana merger kedua bank.
Pengembalian saham oleh masing-masing grup ini semakin memperkuat sinyal bahwa rencana merger kedua bank ini kemungkinan besar batal. Sebelumnya, langkah tukar guling ini dipandang oleh regulator, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagai bukti konkret komitmen merger kedua belah pihak.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, sebelumnya telah menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu kepastian dari kedua bank terkait rencana merger ini. OJK tidak ingin memaksa bank milik James Riady dan Hary Tanoesoedibjo tersebut untuk bergabung.
Dian berharap baik Nobu maupun Bank MNC segera memberikan surat resmi terkait kepastian rencana merger. Ia menekankan pentingnya kejelasan agar rencana merger tidak berlarut-larut.
“Dulu niat merger diajukan secara tertulis, sekarang juga kalau mau batal harus tertulis,” ujarnya dalam sebuah pertemuan dengan wartawan beberapa waktu lalu.
BABP Chart by TradingView
Dian juga menegaskan bahwa OJK tidak menutup kemungkinan jika kedua belah pihak berubah pikiran terkait merger. Sebaliknya, peluang untuk tetap bergabung juga masih terbuka.
Dalam hal ini, Dian menyoroti langkah cross ownership yang telah dilakukan kedua bank pada tahun sebelumnya, yang mengindikasikan bahwa masih ada proses yang berjalan di antara keduanya.
“Kita tunggu saja surat resmi dari mereka. Jangan sampai “kawin” tapi nanti tidak bahagia,” tambahnya, menggarisbawahi pentingnya kesepakatan yang matang sebelum merger dilakukan.