MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengenang sosok Arif Budimanta, mantan Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi era Presiden Joko Widodo, yang berpulang pada Sabtu, 6 September 2025. “Saya sudah mengenal beliau sejak di Megawati Institute, jadi kami sering berdialog,” ungkap Airlangga kepada wartawan di rumah duka, Rawamangun, Jakarta Timur, pada hari yang sama.
Airlangga menuturkan bahwa perkenalannya dengan Arif Budimanta telah terjalin selama puluhan tahun. Pertemuan terakhir mereka terjadi beberapa bulan lalu, di mana keduanya saling bertukar pikiran. Interaksi intensif juga terjalin saat mereka berdua bertugas di DPR dan di lingkungan istana kepresidenan.
Lebih lanjut, Airlangga menyoroti kepedulian Arif Budimanta terhadap ekonomi kerakyatan. “Beliau memiliki obsesi yang kuat di sektor tersebut,” imbuh politikus Partai Golkar ini. Ia juga menyebutkan bahwa karya-karya tulis Arif Budimanta sangat relevan dengan isu-isu yang selama ini diperjuangkannya. “Indonesia jelas kehilangan tokoh seperti beliau,” pungkasnya.
Kabar duka wafatnya Arif Budimanta pertama kali disebarkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui unggahan di media sosial. “Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya Bapak Arif Budimanta,” tulis mereka.
Arif Budimanta, yang menjabat sebagai Ketua Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata PP Muhammadiyah, dikenal luas sebagai seorang ekonom. Pria kelahiran Medan, 15 Maret 1968 ini, menyelesaikan pendidikan sarjana di Ilmu Tanah Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1990. Ia kemudian melanjutkan studi magister di Universitas Indonesia dengan konsentrasi Ekonomi Sumber Daya Alam pada tahun 1996.
Arif Budimanta juga memperdalam ilmu keuangan di University of Chicago dan mengikuti Senior Executive Program di Harvard Business School. Selain kiprahnya sebagai ekonom dan politikus, Arif Budimanta juga memiliki pengalaman di pemerintahan. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Ekonomi Industri Nasional pada periode 2016-2020 di bawah pemerintahan Presiden Jokowi.
Novali Panji Nugroho berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan Editor: Deflasi dan Anjloknya PMI Manufaktur: Tanda-tanda Kelesuan Ekonomi