Sibisnis JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan Senin (4/8/2025) dengan sentimen negatif. Data RTI menunjukkan pada pukul 09.09 WIB, IHSG terkoreksi 0,44% atau 33,055 poin, berada di level 7.504,713.
Tasrul Tannar, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memproyeksikan bahwa secara teknikal, IHSG sedang berada dalam tren pelemahan jangka pendek. Ia memperkirakan pergerakan IHSG pada hari Senin (4/8/2025) akan berada di antara 7.496,48 dan 7.636,72.
Lebih lanjut, Tasrul menjelaskan bahwa tren pelemahan jangka pendek IHSG ini memiliki kekuatan statistik yang cukup tinggi (R² = 0.897) dengan volatilitas yang moderat (standar deviasi 1.64). Slope sebesar 30.76 mengindikasikan adanya kecenderungan penurunan dalam 30 hari terakhir, yang menandakan tekanan jual masih mendominasi pasar. Batas bawah pertama IHSG berada di level 7.496,48 dan batas atas di 7.591,86, dengan resistance kuat di 7.636,72 dan support kritis di 7.445,97, membentuk area konsolidasi yang relatif sempit. Indikator momentum seperti RSI (33.96) dan MFI (33.20) berada di zona netral-bawah, mendekati area *oversold* namun belum ekstrem, mengisyaratkan masih ada ruang untuk penurunan, namun potensi *rebound* mulai menguat jika ada katalis positif. Williams %R di -56.40 juga mengkonfirmasi bahwa pasar berada dalam fase jenuh jual ringan, sementara CMO negatif (-32.09) menunjukkan tekanan distribusi yang masih dominan.
Secara keseluruhan, IHSG saat ini berada dalam fase konsolidasi dengan kecenderungan melemah. Selama indeks belum mampu menembus resistance di level 7.591,86 secara meyakinkan, tekanan penurunan masih berpotensi berlanjut. Kendati demikian, level support di kisaran 7.445,97–7.496,48 berpotensi menjadi area pantulan jangka pendek jika tidak ditembus. Para pelaku pasar disarankan untuk tetap bersikap defensif sambil terus mencermati potensi sinyal pembalikan arah. Level kritis yang perlu diperhatikan adalah 7.440.
IHSG Rentan Koreksi, Cek Rekomendasi Saham Ini untuk Perdagangan Senin (4/8)
Selain memberikan analisis teknikal terhadap IHSG, Tasrul juga memberikan rekomendasi teknikal untuk beberapa saham pilihan. Berikut adalah rinciannya:
1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Tekanan jual pada saham ANTM diperkirakan belum akan usai, namun berpotensi naik jika ada dukungan volume. Saat ini, saham ANTM berada dalam tren pelemahan menengah, tercermin dari slope positif yang rendah (17.55) dalam periode 130 hari dan koefisien determinasi (R² = 0.818) yang menunjukkan konsistensi arah harga. Dengan volatilitas harga yang relatif tinggi (Price Volatility Ratio 5.54) dan deviasi standar 1.34, pergerakan harga cenderung fluktuatif, meskipun beta 1.033 menandakan korelasi moderat terhadap IHSG. Korelasi 0.56 terhadap indeks juga mengindikasikan bahwa pergerakan saham ANTM tidak sepenuhnya mengikuti pergerakan pasar, sehingga membuka peluang jika terjadi *divergence* antara keduanya. Secara teknikal, ANTM menghadapi resistance di level 2.930 dan 2.990, sementara support terdekat berada di 2.820 dan 2.770. Rentang harga ini mengindikasikan potensi tekanan lebih lanjut jika support 2.820 gagal dipertahankan, dengan risiko koreksi ke 2.770. Sebaliknya, *rebound* ke atas level 2.930 dapat membuka ruang penguatan menuju 2.990.
Namun, indikator momentum menunjukkan sinyal pelemahan yang signifikan, terutama RSI yang sangat rendah (19.89), yang mengindikasikan bahwa saham ANTM berada dalam kondisi *oversold* yang ekstrem. Selain RSI, indikator lain seperti MFI (33.43), Williams %R (-53.27), dan CMO (-60.23) juga menunjukkan tekanan distribusi yang tinggi dan minimnya akumulasi baru. Volume Volatility Ratio yang mencapai 3.82 memperkuat sinyal bahwa pergerakan harga yang drastis belum diikuti oleh peningkatan volume yang sehat. Secara keseluruhan, ANTM berada di zona teknikal yang rentan, namun kondisi *oversold* yang ekstrem membuka peluang *technical rebound* jangka menengah apabila muncul katalis positif atau konfirmasi dari volume pembelian. Level *cut loss* disarankan di 2.760.
Pada awal perdagangan Senin (4/8/2025), saham ANTM dibuka pada level Rp 2.920 per saham.
Support : Rp 2.770
Resistance : Rp 2.990
Rekomendasi : Trading Buy
ANTM Chart by TradingView
2. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
Saham INCO menunjukkan tren pelemahan jangka pendek, dengan slope moderat (20.28) dan koefisien determinasi (R² = 0.765) yang mencerminkan tren yang belum sepenuhnya solid. Meskipun volatilitas harga tidak ekstrem (Price Volatility Ratio 3.03; Std. Dev 1.18), tingginya beta sebesar 1.773 menunjukkan bahwa pergerakan INCO sangat sensitif terhadap fluktuasi pasar. Korelasi 0.90 terhadap indeks mengonfirmasi bahwa saham ini bergerak searah dengan IHSG, namun dengan risiko yang lebih tinggi. Secara teknikal, saham INCO menghadapi resistance jangka pendek di level 3.590 dan 3.660, sementara support kritis berada di 3.460 dan 3.390. Harga saat ini berada di dekat area support, dan jika support 3.460 gagal dipertahankan, risiko koreksi menuju 3.390 menjadi signifikan. Sebaliknya, jika terjadi *rebound*, resistance di 3.590 menjadi target terdekat yang harus ditembus untuk mengubah bias teknikal dari negatif menjadi netral.
Indikator momentum memperkuat sinyal pelemahan: RSI (27.61) dan MFI (22.99) sudah memasuki zona *oversold*, mengindikasikan tekanan jual yang sudah ekstrem namun belum dibarengi akumulasi kuat. CMO yang negatif (-44.78) dan Williams %R di -59.71 juga menandakan dominasi distribusi. Volume Volatility Ratio yang tinggi (4.00) menunjukkan lonjakan aktivitas, namun perlu dikonfirmasi apakah itu berasal dari aksi jual atau akumulasi tersembunyi. Secara keseluruhan, INCO berada dalam fase rawan, namun kondisi *oversold* yang dalam membuka peluang *technical rebound* jangka pendek jika ada katalis positif atau sinyal *reversal* harga. Level *cut loss* disarankan di 3.380.
Pada awal perdagangan Senin (4/8/2025), saham INCO dibuka pada level Rp 3.580 per saham.
Support : Rp 3.390
Resistance : Rp 3.660
Rekomendasi : Trading buy
INCO Chart by TradingView
3. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG)
Saham SRTG menunjukkan tren pelemahan jangka pendek dengan kemiringan tren yang moderat (slope 16.46) dan tingkat konsistensi tren yang cukup kuat (R² = 0.762) selama 30 hari terakhir. Nilai beta sebesar 1.621 mencerminkan sensitivitas tinggi terhadap pergerakan pasar, sementara korelasi 0.95 terhadap IHSG menandakan pergerakan harga SRTG sangat sejalan dengan indeks. Volatilitas harga (Price Volatility Ratio 3.13) dan volume (3.45) tergolong tinggi, mengindikasikan potensi fluktuasi harga yang aktif namun belum tentu stabil. Secara teknikal, saham SRTG saat ini berada di zona bawah dengan support terdekat di 1.875 dan support lanjutan di 1.840. Resistance terdekat berada di 1.950 dan resistance kuat di 1.990. Kegagalan menahan support 1.875 dapat membuka ruang pelemahan ke 1.840, sementara peluang *rebound* baru terbuka jika harga mampu menembus 1.950.
Dengan standar deviasi sebesar 1.17, pergerakan harga harian masih dalam rentang yang terukur untuk strategi *swing* jangka pendek. Dari sisi indikator momentum, RSI berada di 30.13 dan mendekati batas *oversold*, mengindikasikan tekanan jual cukup tinggi namun berpotensi mereda. Sinyal distribusi masih dominan dengan CMO di -39.74 dan W%R di -68.97, menunjukkan saham SRTG berada dalam tekanan namun mulai memasuki wilayah jenuh jual. MFI yang masih cukup tinggi di 60.58 mengindikasikan bahwa arus dana belum sepenuhnya keluar dari saham ini, membuka peluang untuk *technical rebound* jika didukung oleh volume pembelian dan sentimen pasar yang membaik. Level *cut loss* disarankan di 1.830.
Pada awal perdagangan Rabu (4/8/2025), saham SRTG dibuka pada level Rp 1.915 per saham.
Support : Rp 1.840
Resistance : Rp 1.990
Rekomendasi : Trading buy
SRTG Chart by TradingView