Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia (BI) melaporkan adanya net outflow atau aliran modal asing keluar bersih dari pasar keuangan domestik sebesar Rp940 miliar pada pekan keempat Oktober 2025 (periode transaksi 20-23 Oktober 2025). Data ini mengindikasikan dinamika yang terjadi di pasar keuangan Indonesia.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa arus keluar modal ini terutama dipicu oleh pergerakan di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Pelemahan pada kedua instrumen ini menjadi perhatian utama.
“Aliran modal asing keluar bersih di SBN mencapai Rp2,73 triliun, dan di SRBI sebesar Rp1,28 triliun,” ungkap Ramdan dalam keterangannya pada hari Sabtu (25/10/2025). Angka ini memperlihatkan tekanan yang cukup signifikan pada instrumen SBN dan SRBI.
Meskipun demikian, kabar baiknya adalah pasar saham mencatatkan aliran modal asing masuk bersih (net inflow) sebesar Rp3,08 triliun. Namun, angka ini belum mampu menutupi sepenuhnya outflow dari SBN dan SRBI, sehingga secara keseluruhan, tetap tercatat aliran modal asing keluar bersih sebesar Rp940 miliar pada pekan tersebut.
Secara akumulatif sejak awal tahun hingga 23 Oktober 2025, BI mencatat bahwa aliran modal asing paling banyak keluar dari SRBI, mencapai Rp136,76 triliun. Sementara itu, pasar saham juga mengalami net outflow sebesar Rp48,36 triliun. Di sisi lain, pasar SBN masih menjadi daya tarik dengan mencatatkan modal asing masuk bersih sebesar Rp8,58 triliun.
Perkembangan ini mengindikasikan bahwa investor global masih sangat selektif dalam menempatkan dana mereka di aset keuangan domestik. Ketidakpastian global dan kebijakan moneter yang diambil oleh negara-negara maju menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan investasi mereka di Indonesia.
Premi risiko investasi (credit default swaps/CDS) Indonesia 5 tahun menunjukkan tren positif dengan penurunan dari 81,78 basis poin (bps) per 17 Oktober 2025 menjadi 80,44 bps per 23 Oktober 2025. Penurunan ini mengindikasikan persepsi risiko yang sedikit membaik terhadap investasi di Indonesia.
Di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah dibuka stabil di level Rp16.600 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (24/10), tidak berubah dibandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan Kamis (23/10). Stabilitas ini memberikan sedikit kelegaan di tengah gejolak pasar global.
Namun, indeks dolar AS (DXY) justru menunjukkan penguatan ke level 98,94 pada akhir perdagangan Kamis (23/10). DXY, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, mengindikasikan bahwa dolar AS sedang dalam tren menguat.
Pada penutupan perdagangan Jumat (24/10/2025), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS justru menunjukkan penguatan ke level Rp16.602 per dolar AS. Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa rupiah menguat sebesar 27 poin atau 0,16 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Hal ini memberikan harapan baru setelah tekanan yang terjadi sebelumnya.
Pergerakan mata uang di kawasan Asia terpantau variatif. Ringgit Malaysia menguat 0,06 persen dan Rupee India menguat 0,08 persen. Sementara itu, Pesso Filipina melemah 0,04 persen, Won Korea melemah 0,02 persen, Dolar Taiwan melemah 0,03 persen, dan Dolar Singapura melemah 0,10 persen.
Menghadapi dinamika pasar yang kompleks ini, Bank Indonesia terus berupaya memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. BI juga mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga dan mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia agar tetap stabil dan kuat.





