Ekonomi RI 2024: Bos OJK Ungkap Proyeksi IMF & BPS!

Admin

No comments

KETUA Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menegaskan bahwa perekonomian Indonesia menunjukkan resiliensi yang kuat di tengah gelombang perlambatan ekonomi global. Optimisme ini selaras dengan proyeksi dalam laporan World Economic Outlook edisi Juli 2025, yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF). Dalam laporan tersebut, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini mencapai 4,8 persen.

Angka ini merupakan revisi positif, mengingat pada bulan April lalu IMF sempat memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen dari sebelumnya 5,1 persen. Revisi ke atas ini, menjadi sinyal positif yang menurut Mahendra Siregar, dapat meningkatkan daya saing Indonesia dalam memanfaatkan berbagai peluang yang ada.

Lebih lanjut, Mahendra Siregar memaparkan data pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2025 versi Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat angka menggembirakan, yaitu 5,12 persen *year on year*. “Di tengah perlambatan ekonomi global, perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang baik,” ujarnya saat berbicara dalam agenda Risk & Governance Summit 2025 di Balai Kartini, Jakarta, Selasa, 19 Agustus 2025.

Selain itu, lembaga pemeringkat global Standard & Poor’s juga memberikan sentimen positif dengan mempertahankan peringkat Indonesia pada level BBB untuk jangka panjang dan A2 untuk jangka pendek, dengan *outlook stable*. Mahendra menjelaskan bahwa hal ini mencerminkan kepercayaan berkelanjutan terhadap fundamental ekonomi Indonesia, yang didukung oleh kondisi fiskal dan sektor keuangan yang solid.

Mahendra menekankan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, penerapan tata kelola yang andal dalam sektor jasa keuangan dan lembaga pemerintahan adalah suatu keharusan. Penguatan ekosistem yang sehat, inklusif, dan kompetitif, menurutnya, akan menjadi fondasi yang kokoh untuk menopang ekonomi berkelanjutan. “Ini menjadi semakin krusial dalam menopang pertumbuhan dan memperkuat ketahanan nasional kita,” imbuhnya.

Namun demikian, tantangan juga perlu diwaspadai. Ketua Dewan Audit merangkap Anggota Komisioner OJK, Sophia Wattimena, menyoroti rendahnya skor Indonesia dalam laporan Bank Dunia melalui Business Ready atau B-Ready Index yang dirilis tahun lalu. Menurutnya, kondisi ini dapat menjadi penghambat perkembangan iklim usaha di dalam negeri.

Sophia menjelaskan bahwa skor Indonesia masih berada di bawah rata-rata global. “Indonesia menghadapi tantangan tersendiri terkait *governance*,” ungkap Sophia dalam acara yang sama. Ia menduga hal ini disebabkan oleh banyaknya tantangan struktural dalam penanaman modal dan usaha layanan keuangan di Indonesia.

Menyadari hal ini, OJK terus meningkatkan pengawasan atas pentingnya tata kelola yang baik untuk mengawal perkembangan iklim berusaha. “Indonesia masih menghadapi kesenjangan dalam efisiensi layanan publik, akses ke layanan keuangan dan regulasi bisnis yang menjadi fokus perbaikan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional),” pungkas Sophia.

Pilihan Editor: Amerika Menyoal QRIS dan GPN Indonesia. Pesanan Siapa?

Tags:

Share:

Related Post