KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam kembali mencetak rekor baru pada hari Kamis, 21 Agustus 2025. Harga jual emas Antam melonjak Rp 24.000 menjadi Rp1.914.000 per gram. Sementara itu, harga buyback juga mengalami penguatan, mencapai Rp1.760.000 per gram.
Kenaikan harga emas yang signifikan ini diyakini sebagai permulaan tren positif logam mulia hingga akhir tahun 2025.
Sejumlah analis memprediksi harga emas memiliki potensi untuk menembus level Rp 2,15 juta per gram. Proyeksi ini didasarkan pada beberapa faktor kunci, termasuk fluktuasi nilai tukar dolar AS, kebijakan yang diambil oleh Federal Reserve (The Fed), serta ketidakpastian geopolitik yang masih membayangi perekonomian global.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, menyatakan bahwa prospek investasi emas pada tahun ini sangat menjanjikan.
Harga Emas Antam Logam Mulia Turun Rp 24.000 Jadi Rp 1.909.000 Per Gram, Jumat (15/8)
“Harga emas diperkirakan akan terus mengalami kenaikan hingga akhir tahun 2025, dengan potensi mencapai Rp 2,15 juta per gram. Fluktuasi dolar AS dan peningkatan permintaan akan aset safe haven menjadi pendorong utama,” ungkapnya kepada Kontan.co.id, Kamis (21/8).
Menurut Sutopo, tren positif emas juga tercermin pada pergerakan harga di pasar global. Harga emas dunia diproyeksikan dapat mencapai level US$ 3.600 – US$ 3.700 per ons troi, yang setara dengan Rp 2,15 juta per gram emas Antam. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya minat investor global untuk mencari aset lindung nilai di tengah kondisi pasar yang penuh dengan kerentanan.
“Daya tarik emas akan semakin kuat jika ketidakpastian global terus berlanjut. Ketidakstabilan dolar AS menjadikan emas sebagai instrumen investasi jangka panjang yang relevan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sutopo menambahkan bahwa arah pergerakan harga emas sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang diambil oleh The Fed. Apabila bank sentral AS mempercepat penurunan suku bunga, nilai tukar dolar AS berpotensi melemah, yang pada gilirannya akan mendorong harga emas untuk naik.
Harga Emas Antam Logam Mulia Naik Rp 16.000 Jadi Rp 1.933.000 Per Gram, Kamis (14/8)
Sebaliknya, jika The Fed memilih untuk menahan penurunan suku bunga karena masih tingginya inflasi dan ketatnya pasar tenaga kerja, dolar AS berpeluang menguat sehingga memberikan tekanan pada harga emas.
Selain itu, ketegangan geopolitik juga memberikan sentimen yang kuat terhadap pergerakan harga emas. Konflik yang terjadi di Ukraina, serta isu-isu keamanan global lainnya, mendorong investor untuk semakin memburu emas sebagai aset yang aman. Risiko perlambatan ekonomi global atau ancaman resesi juga berpotensi memperkuat arus modal menuju logam mulia ini.
Namun, Sutopo mengingatkan bahwa jika ketegangan geopolitik mereda dan ekonomi kembali pulih, investor mungkin akan beralih ke aset-aset berisiko yang menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi. Kondisi ini dapat menahan laju kenaikan harga emas.
Harga Emas Antam Logam Mulia Turun Rp 13.000 Jadi Rp 1.896.000 Per Gram, Sabtu (16/8)
“Bagi investor, emas akan tetap memegang peran strategis hingga akhir tahun 2025. Kuncinya adalah memahami arah kebijakan The Fed serta perkembangan geopolitik, karena dua faktor inilah yang paling menentukan tren harga emas ke depan,” pungkas Sutopo.