Sibisnis – Pasar emas sedang mengalami lonjakan harga (booming). Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang melanda dunia, investor berbondong-bondong mencari “safe haven” atau tempat berlindung yang aman untuk investasi mereka, dan emas menjadi pilihan utama.
Harga emas telah meroket hampir sepertiga nilainya dalam setahun terakhir. Pada hari Rabu, 3 September 2025, harga emas menembus level US$ 3.550 per ons troi, mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Para analis memprediksi bahwa tren kenaikan ini akan terus berlanjut, didorong oleh situasi geopolitik global yang penuh gejolak.
Mengapa Emas Begitu Diminati?
Menurut Tim Waterer, kepala analis pasar di KCM Trade Australia, seperti dikutip dari Al Jazeera, emas telah lama menjadi aset favorit investor di masa-masa sulit. Nilainya dianggap relatif stabil, terutama jika dibandingkan dengan saham yang lebih fluktuatif.
“Pasar keuangan sangat menghindari ketidakpastian. Dalam situasi seperti ini, emas biasanya menjadi aset pilihan bagi para pelaku pasar,” jelas Waterer.
Meskipun secara historis emas hanya memberikan imbal hasil yang moderat, harganya telah meningkat signifikan dalam dua tahun terakhir. Pemicunya adalah serangkaian peristiwa internasional yang bergejolak, termasuk perang di Ukraina dan Gaza, serta perang dagang yang dipicu oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Cuan 34,87% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Belum Update (7 September 2025)
Selain itu, emas juga menarik bagi investor yang kurang percaya pada pemerintah dan lembaga keuangan. Emas adalah komoditas fisik yang dapat dimiliki dan disimpan secara mandiri.
Bagaimana Cara Investor Membeli Emas?
Terdapat dua cara utama untuk berinvestasi dalam emas.
Pertama, investor dapat membeli emas fisik dalam bentuk batangan, ingot, perhiasan, atau koin emas.
Kedua, investor dapat melakukan perdagangan produk keuangan yang terkait dengan emas. Ini termasuk membeli dan menjual emas berjangka (kontrak untuk membeli atau menjual emas pada harga tertentu di masa depan) dan dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang melacak pergerakan harga emas.
Meskipun membeli emas batangan relatif mudah bagi individu, produk keuangan menawarkan keuntungan bagi lembaga keuangan karena menghilangkan kebutuhan untuk menangani dan menyimpan logam mulia dalam jumlah besar secara fisik.
Perlu dicatat bahwa harga emas biasanya didenominasi dalam dolar AS, dan nilainya memiliki hubungan terbalik dengan mata uang tersebut. Jika nilai dolar AS melemah, harga emas cenderung naik, dan sebaliknya.
Bagaimana Kebijakan Trump Mempengaruhi Harga Emas?
Harga emas melonjak pada bulan April ketika Trump mengumumkan penerapan tarif “Hari Pembebasan” yang luas, menciptakan ketidakpastian besar tentang masa depan perdagangan global.
Serangan berkelanjutan Trump terhadap independensi Federal Reserve AS (The Fed), yang selama ini dianggap sebagai lembaga independen di atas politik, juga turut mendorong harga emas lebih tinggi.
Trump berulang kali menekan bank sentral untuk menurunkan suku bunga guna merangsang pertumbuhan ekonomi dan secara terbuka menyatakan keinginannya agar nilai dolar AS melemah, sehingga ekspor AS menjadi lebih kompetitif.
Menurut Kyle Rodda, analis pasar keuangan senior di Capital.com, kedua skenario ini membuat emas menjadi investasi yang lebih menarik.
Reli Harga Emas Dunia Berlanjut, Bisa Sampai Level Berapa?
“Jika suku bunga naik, emas menjadi kurang menarik karena investor dapat memperoleh keuntungan lebih besar dengan menyimpan dana mereka dalam aset berbunga, seperti rekening bank,” kata Rodda kepada Al Jazeera.
“Namun, jika suku bunga turun, imbal hasil dari aset berbunga akan berkurang, membuat emas relatif lebih menarik untuk dimiliki,” tambahnya. Logika yang sama berlaku untuk aset berbunga lainnya, seperti obligasi.
Rodda juga menambahkan bahwa investor asing yang berdagang menggunakan mata uang selain dolar AS cenderung membeli lebih banyak emas ketika nilai dolar AS melemah, karena mereka akan mendapatkan nilai tukar yang lebih menguntungkan.
Faktor-Faktor di Luar AS yang Mempengaruhi Harga Emas
Kekhawatiran ekonomi di berbagai belahan dunia juga menjadi alasan pendorong kenaikan harga emas.
Dalam beberapa hari terakhir, poundsterling Inggris dan yen Jepang mengalami penurunan nilai tukar di tengah kekhawatiran tentang kondisi keuangan publik yang memburuk di kedua negara tersebut.
Yen juga terpengaruh oleh ketidakstabilan politik di partai yang berkuasa di Jepang.
“Ketika mata uang Anda melemah, emas dipandang sebagai aset yang baik untuk melindungi nilai dari risiko inflasi. Tidak seperti mata uang, pasokan emas lebih terbatas, sehingga kurang rentan terhadap penurunan nilai. Hal ini juga berlaku untuk negara-negara lain, seperti Turki dan Mesir,” kata Waterer.
Tonton: Harga Emas Antam Kembali Melompat Hari ini (6 September 2025)
Emas juga menjadi pilihan yang semakin populer bagi pemerintah asing yang perlu menyimpan cadangan dolar AS dalam jumlah besar yang diperoleh dari aktivitas perdagangan. Hal ini terutama berlaku bagi negara-negara yang kurang percaya pada obligasi pemerintah AS di bawah pemerintahan Trump, kata Rodda.
“Biasanya, suatu negara akan menggunakan dolar AS yang mereka miliki untuk membeli obligasi pemerintah, dengan tujuan menyimpan uang di tempat yang aman dan mendapatkan suku bunga,” jelas Rodda.
“Kebijakan perdagangan Presiden Trump telah mengurangi kepercayaan terhadap aset AS, terutama di antara musuh-musuh strategisnya. Akibatnya, negara-negara yang memegang banyak dolar AS menggunakannya untuk membeli emas sebagai penyimpan nilai, sehingga mendorong harga emas secara global,” pungkas Rodda.