JAKARTA, Sibisnis – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh sentimen global sepanjang Agustus 2025. Meskipun demikian, IHSG berhasil menutup perdagangan hari pertama bulan Agustus dengan kenaikan menggembirakan, yaitu sebesar 0,71% dan mencapai level 7.537,77 pada Jumat, 1 Agustus 2025.
Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas, mengungkapkan bahwa terdapat peluang rebound teknikal yang menarik di pertengahan hingga akhir Agustus 2025, khususnya dalam dua pekan terakhir.
Lebih lanjut, Liza menjelaskan bahwa meskipun tekanan eksternal seperti risiko perlambatan ekonomi global akibat perang tarif dan ketegangan geopolitik di berbagai kawasan masih membayangi, IHSG menunjukkan resiliensi yang lebih baik dibandingkan bursa regional lainnya.
“Hal ini terutama didukung oleh sektor-sektor konglomerasi dengan kapitalisasi pasar besar, yang mendapatkan katalis positif dari perkembangan terbaru terkait tarif impor global,” ujarnya kepada Kontan beberapa waktu lalu.
Investor disarankan untuk mencermati beberapa sentimen penting. Salah satunya adalah pemberlakuan tarif yang ditetapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump per 1 Agustus 2025.
Selain itu, bulan Agustus menjadi periode puncak rilis kinerja emiten untuk semester I-2025. Liza memprediksi adanya potensi kejutan positif dari sektor perbankan, telekomunikasi, dan pertambangan logam mulia.
Kebijakan Bank Indonesia (BI) dan pergerakan nilai tukar rupiah juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. Dengan inflasi yang terkendali dan nilai rupiah yang stabil, Kiwoom Sekuritas memproyeksikan adanya peluang bagi BI untuk kembali memangkas suku bunga.
“Ini akan menjadi katalis positif bagi sektor domestik, terutama perbankan yang saat ini masih tertinggal (laggard) akibat tekanan dari kinerja emiten,” imbuh Liza.
Prospek ekonomi China dan global juga turut memengaruhi. Meskipun data Produk Domestik Bruto (PDB) China masih menunjukkan pertumbuhan solid di angka 5,3%, aktivitas manufaktur dan ekspor negara tersebut terus mengalami pelemahan. Kondisi ini berpotensi menekan harga komoditas dan permintaan global.
“Hal tersebut akan berdampak pada sektor energi dan logam di Indonesia. Namun, sisi positifnya, pelemahan ekonomi China membuka ruang pelonggaran moneter regional, termasuk di Indonesia,” jelasnya.
Kiwoom Sekuritas memproyeksikan bahwa IHSG akan bergerak dalam rentang 7.240–7.500 sepanjang Agustus 2025. Mereka juga merekomendasikan lima saham pilihan yang menjadi unggulan untuk bulan ini.
Kelima saham tersebut adalah BBCA dengan target harga Rp 10.200, KLBF dengan target Rp 1.770, MDKA dengan target Rp 2.850, AKRA dengan target Rp 1.630, dan SSIA dengan target harga Rp 650.