IHSG Cetak Rekor! Ini Saham Paling Cuan & Boncos Minggu Ini

Admin

No comments

Sibisnis – JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan rekor tertinggi (all time high/ATH) pada pekan ini, memicu lonjakan harga sejumlah saham. Namun, di balik euforia tersebut, beberapa saham justru mengalami penurunan signifikan dan menjadi saham-saham “terboncos” selama periode yang sama.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Tanah Laut Tbk. (INDX) menjadi bintang dengan kenaikan tertinggi, melesat 142,55% hingga mencapai Rp228 per saham. Pada pekan sebelumnya, harga saham INDX masih berada di level Rp94 per saham.

Selanjutnya, saham PT Dwi Guna Laksana Tbk. (DWGL) juga mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 10,5%, mencapai Rp486 per saham. Diikuti oleh PT Geoprima Solusi Tbk. (GPSO) yang menguat 101,44% ke level Rp560 per saham.

Baca Juga: Nilai Transaksi IHSG Tembus Rp69,5 Triliun, Crossing DSSA Sumbang Rp32,3 Triliun

Tidak ketinggalan, saham Grup Lippo, PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT), turut meramaikan daftar saham dengan kenaikan signifikan, melonjak 96,47% ke level Rp157.225 per saham. Saham MLPT naik tajam sebesar 77.200 poin dari harga Rp80.025 per saham pada pekan sebelumnya.

Saham PT Berkah Prima Perkasa Tbk. (BLUE) juga mencatatkan kinerja impresif dengan kenaikan 80,88% ke level Rp615 pada pekan ini, naik dari Rp340 per saham pada pekan lalu.

Baca Juga: Euforia IHSG 8.000 Rawan Koreksi, Waspadai Sentimen Berikut

Namun, di sisi lain, ada pula sejumlah saham yang mengalami penurunan selama sepekan terakhir, meskipun IHSG mencetak rekor ATH. Saham MSIG Life Insurance Indonesia Tbk. (LIFE) mengalami penurunan paling tajam, yaitu 21,11%, menjadi Rp13.175 per saham dari sebelumnya Rp16.700 pada pekan lalu.

Kemudian, saham PT Paperocks Indonesia Tbk. (PPRI) juga mengalami penurunan signifikan sebesar 20,85% ke level Rp334 per saham, dari sebelumnya Rp422. Saham PT Ancora Indonesia Resources Tbk. (OKAS) juga termasuk dalam daftar saham yang mengalami penurunan terdalam, melemah 18,05% ke level Rp218 per saham.

Baca Juga: Simak Sektor Saham yang Bakal Topang Penguatan Lanjutan IHSG

Selanjutnya, saham PT Sumber Energi Andalan Tbk. (ITMA) turut melemah sebesar 16,18% ke level Rp1.140 per saham, dari sebelumnya Rp1.360 per saham.

Senada dengan ITMA, saham PT Ketrosden Triasmitra Tbk. (KETR) juga mengalami penurunan sebesar 16,17% atau melemah Rp482 per saham, dari harga sebelumnya Rp575 per saham.

Sebagai informasi tambahan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan hingga menyentuh level ATH pada perdagangan intraday di level 8.068,009, dan ATH penutupan pada level 8.051,11 per saham. Total volume perdagangan mencapai 50,14 miliar saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp69,6 triliun.

Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan bahwa reli IHSG hingga menembus level 8.000 lebih didorong oleh kebijakan pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI).

“Reshuffle akan menjadi tailwind apabila dibarengi disiplin fiskal dan 100-day plan yang jelas,” ujar Liza pada Jumat (19/9/2025).

Liza menambahkan bahwa penembusan IHSG ke atas level 8.000 lebih didukung oleh pemangkasan BI Rate menjadi 4,75%, yang berdampak pada penurunan cost of fund dan perbaikan risk appetite. Sementara itu, reshuffle kabinet jilid 2 dinilai bersifat netral hingga terdapat detail eksekusi yang lebih jelas.

Saat ini, fokus pasar tertuju pada kredibilitas fiskal tahun 2026, sinkronisasi antara Menteri Keuangan yang baru dengan BI, serta realisasi penyaluran likuiditas sebesar Rp200 triliun yang benar-benar tersalurkan ke sektor kredit riil. Liza menekankan bahwa pasar membutuhkan policy clarity, bukan sekadar pergantian personel.

“Secara taktis, pelonggaran BI dan potensi easing global tetap supportive, namun rerating medium-term butuh 3P yaitu policy clarity dalam bentuk roadmap fiskal, proof of transmission atau kredit & earnings, dan prudence yaitu jangkar disiplin fiskal,” jelas Liza.

Lebih lanjut, Liza merekomendasikan beberapa sektor yang patut diperhatikan, yaitu sektor bank berkapitalisasi pasar besar dan consumer staples, serta sektor properti & telko dengan saham-saham selektif yang bergantung pada kecepatan transmisi suku bunga dan dinamika capex/kompetisi. Sementara itu, di SBN, Liza melihat adanya potensi perbaikan bid jika kredibilitas fiskal tetap terjaga.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Share:

Related Post