
Pada Senin (27/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan hebat, terjun bebas pada pukul 11:05 WIB. Indeks acuan pasar saham Indonesia ini anjlok signifikan sebesar 307,31 poin atau setara dengan 3,72 persen, membawa posisinya ke level 7.964,41.
Tidak hanya IHSG, indeks LQ45 yang mencakup saham-saham paling likuid juga turut merosot tajam, kehilangan 17,49 poin (2,11 persen) hingga berada di angka 810. Keterpurukan ini meluas di seluruh papan perdagangan, dengan 547 saham dilaporkan merosot, sementara hanya 134 saham yang berhasil menguat dan 124 lainnya stagnan. Kondisi ini mencerminkan sentimen negatif yang kuat di kalangan investor.
Meski pasar saham domestik tengah bergejolak, aktivitas perdagangan tetap tinggi. Satu jam menjelang penutupan sesi I, total nilai transaksi saham telah menembus angka Rp 13,89 triliun, dengan frekuensi mencapai 1,58 juta kali dan volume perdagangan masif sebesar 18,96 miliar saham.
Anjloknya IHSG ini terjadi di tengah fenomena yang kontras di pasar saham Asia lainnya. Saat IHSG terjun bebas, sebagian besar indeks regional justru menunjukkan performa cemerlang, bergerak di zona hijau. Kenaikan signifikan masih kokoh dipimpin oleh indeks saham Nikkei Jepang, yang melesat 960 poin (1,95 persen) ke level 50.260.
Situasi serupa juga terlihat di bursa regional lain; indeks Hang Seng Hong Kong menguat 267,79 poin (1,02 persen) mencapai 26.427, diikuti Shanghai Composite yang naik 41,04 poin (1,04 persen) ke 3.991, serta Strait Times Singapura yang berhasil menambah 21,27 poin (0,48 persen) menjadi 4.443. Kontras ini semakin menyoroti kondisi pasar saham Indonesia yang cenderung tertekan pada periode tersebut.





