Co-founder & Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca, menegaskan bahwa media tetap menjadi sektor investasi yang menjanjikan, terutama karena perannya krusial dalam meningkatkan literasi publik. Di tengah disrupsi dan perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) yang mengubah lanskap industri media, Willson melihat potensi pertumbuhan dan inovasi yang signifikan.
“Salah satu tujuan kami berinvestasi di media adalah karena aspek edukasinya. Setiap media juga memiliki ceruk pasarnya masing-masing,” ungkap Willson dalam Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Jakarta, Rabu, 22 Oktober 2025.
Willson mengamati bahwa tren industri media saat ini bergeser dari optimalisasi mesin pencari (SEO) menuju optimalisasi AI (AI Optimization). Perkembangan teknologi kecerdasan buatan semakin memengaruhi proses kurasi, distribusi, dan personalisasi konten. Oleh karena itu, inovasi menjadi kunci bagi keberlangsungan media.
“Media harus terus berinovasi, dan arahnya nanti akan terlihat seiring waktu. Eksperimen dengan teknologi baru sangat penting. Yang terpenting adalah media tersebut memiliki keunikan yang membedakannya dari media lain,” jelasnya.
Selain inovasi, Willson menekankan pentingnya visi dan integritas para pendiri media dalam menarik minat investor. Menurutnya, pemimpin media harus memiliki visi yang jelas dan kuat. “Founder harus visioner, tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata. Karena pada akhirnya, nilai dan visi yang kokoh itulah yang akan membuat media bertahan,” imbuhnya.
Senada dengan Willson, CEO Group GDP Venture, Martin Hartono, menyatakan bahwa perusahaannya tetap berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan industri media di Indonesia. “Investor tidak memandang apakah akan berinvestasi di media lokal atau nasional. Yang terpenting adalah segmentasi dan inovasi media tersebut menarik. Kami masih berkomitmen untuk berinvestasi di media,” tegasnya.
Martin menambahkan bahwa kriteria media yang menarik bagi investor tidak hanya sebatas potensi keuntungan finansial, tetapi juga kemampuan organisasi dalam mewujudkan visi dan memberikan dampak sosial yang positif.
“Kuncinya adalah kemampuan untuk membawa visi dan misi, serta membangun tim yang solid. Kemudian, konten yang dihasilkan harus mendidik dan berkontribusi pada kesejahteraan negara. Karena jika negara sejahtera, bisnis pun akan membaik,” kata Martin.
Ajang tahunan Indonesia Digital Conference (IDC) 2025, yang diselenggarakan oleh AMSI di The Hub Epicentrum, Jakarta Selatan, pada 22–23 Oktober 2025, mengusung tema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital”. Tema ini menyoroti urgensi kedaulatan dan kemandirian industri media dalam menghadapi transformasi digital berbasis kecerdasan buatan (AI).
Selain Sinar Mas Land, Event IDC dan AMSI Awards 2025 juga didukung oleh berbagai perusahaan terkemuka, termasuk PT Astra International Tbk., Djarum Foundation, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Pertamina (Persero), PT Harita Nickel, PT Alam Tri Resources Indonesia Tbk., PT Telkom Indonesia Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Indofood Sukses Makmur Tbk., Mining Industry Indonesia atau MIND ID, PT PLN (Persero), PT Merdeka Copper Gold Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Indosat Tbk., dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk.
Pilihan Editor: Jika Danantara Bermain Saham Memakai Dividen BUMN