Sibisnis, JAKARTA – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menghadapi tantangan penurunan kinerja, namun tetap dinilai memiliki prospek yang menjanjikan. Pada semester I tahun 2025, ITMG mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 29,5% secara tahunan (year-on-year) menjadi US$ 91 juta. Angka ini berada di bawah ekspektasi para analis.
Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Hasan Barakwan, dalam risetnya tertanggal 14 Agustus 2025, mengungkapkan bahwa laba ITMG di semester I 2025 baru mencapai 42,3% dari estimasinya untuk sepanjang tahun 2025, dan 34,1% dari konsensus pasar. Penurunan ini, menurut Hasan, disebabkan oleh anjloknya harga jual rata-rata (average selling price/ASP) sebesar 19,8% secara tahunan, meskipun volume penjualan menunjukkan pertumbuhan yang kuat.
Secara rinci, pendapatan ITMG hingga semester I 2025 tercatat turun 12,4% secara tahunan menjadi US$ 919 juta. EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) juga mengalami penurunan sebesar 23,8% menjadi US$ 149 juta, sementara laba operasional anjlok 29,8% menjadi US$ 125 juta. Tekanan juga terlihat pada margin, di mana gross margin turun menjadi 24,4% di semester I 2025 dari 26,2% pada periode yang sama tahun 2024. Margin laba bersih juga menyempit menjadi 9,9% dari 12,3% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kinerja ITMG Tertekan di Semester I-2025, Cermati Rekomendasi Analis
Jika dilihat lebih detail, kinerja ITMG di kuartal II 2025 menunjukkan pelemahan yang lebih signifikan. Laba bersih tercatat turun 60% secara kuartalan (quarter-on-quarter) menjadi US$ 26 juta. Penurunan ini dipicu oleh penurunan pendapatan sebesar 9,5% secara kuartalan dan anjloknya laba operasional sebesar 45,2% secara kuartalan.
Hasan menjelaskan bahwa faktor utama yang memicu pelemahan kinerja ini adalah penurunan harga jual rata-rata sebesar 19,8% secara tahunan menjadi US$ 78 per ton. Penurunan harga ini mengkompensasi pertumbuhan volume penjualan yang solid sebesar 8,3% secara tahunan, serta manfaat dari penurunan stripping ratio (SR) menjadi 9,3 kali.
Kondisi ini semakin terasa di kuartal II 2025, seiring dengan penurunan volume penjualan sebesar -1,7% secara kuartalan dan penurunan harga jual rata-rata sebesar 5,4% secara kuartalan. Selain itu, stripping ratio yang meningkat menjadi 8,8x pada kuartal I 2025 dinilai kurang menguntungkan.
“Kami memperkirakan laba ITMG akan pulih secara signifikan pada semester II 2025. Hal ini didorong oleh meningkatnya permintaan batu bara dari China menjelang musim dingin, yang berpotensi mendorong harga dan menutupi kinerja lemah di paruh pertama tahun ini,” jelas Hasan dalam risetnya.
Untuk sepanjang tahun 2025, pendapatan ITMG diperkirakan mencapai US$ 2,17 miliar dengan laba bersih sebesar US$ 215 juta. Sementara di tahun 2026, pendapatan dan laba bersih ITMG masing-masing diperkirakan sebesar US$ 2,16 miliar dan US$ 171 juta.
Harga Batubara Melorot, Laba dan Pendapatan ITMG Merosot
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Hasan mempertahankan rekomendasi “Hold” untuk saham ITMG dengan target harga berbasis DCF (Discounted Cash Flow) yang tidak berubah, yaitu Rp 21.000 per saham. Pada penutupan perdagangan Jumat (15/8), harga saham ITMG berada di level Rp 22.250 per saham, turun 0,67% dari hari sebelumnya.