Kimia Farma Jual Aset Rp 2,1 Triliun: Ini Alasannya!

Admin

No comments

PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) tengah bersiap untuk melakukan restrukturisasi besar-besaran. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah dengan menjual 38 aset berupa bangunan dan tanah senilai fantastis, yaitu Rp 2,1 triliun. Keputusan penting ini akan dimintakan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 3 November 2025.

Menurut Corporate Secretary Kimia Farma, Ganti Winarno Putro, aksi korporasi ini diharapkan dapat memperkuat posisi keuangan perusahaan. “Dengan rencana ini, perseroan diharapkan memperoleh dana segar yang signifikan untuk mendukung kegiatan operasional sehari-hari dan memacu pengembangan usaha ke depan,” ujarnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Minggu (28 September 2025).

Langkah penjualan aset ini terbilang signifikan, karena mencakup 65,35 persen dari total kekayaan Kimia Farma per 30 Juni 2025, yang tercatat sebesar Rp 3,2 triliun. Ganti menjelaskan bahwa saat ini Kimia Farma menghadapi tantangan dalam pengelolaan modal kerja, khususnya dalam menjaga keseimbangan antara likuiditas dan profitabilitas di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.

Kenaikan suku bunga pinjaman menjadi salah satu faktor yang turut membebani perusahaan. Oleh karena itu, restrukturisasi perusahaan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas keuangan dan mendorong pertumbuhan bisnis berkelanjutan.

Kimia Farma berencana untuk melaksanakan pengalihan aset ini melalui tiga mekanisme utama: penawaran umum atau lelang, penawaran terbatas, atau penunjukan langsung. “Dalam hal penawaran umum atau lelang, pelaksanaannya dapat dilakukan secara mandiri oleh Perseroan melalui Panitia Penjualan, atau melalui pejabat lelang yang bertugas di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL),” jelas Ganti.

Pada semester I 2025, Kimia Farma mencatatkan kerugian sebesar Rp 135 miliar. Meskipun masih merugi, angka ini menunjukkan perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana kerugian mencapai Rp 312 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada Rabu, 10 September 2025, Kimia Farma berhasil membukukan penjualan bersih sebesar Rp 4,3 triliun. Penjualan ini didominasi oleh penjualan kepada pihak ketiga sebesar Rp 3,8 triliun dan pihak berelasi sebesar Rp 452 miliar.

Ekspor produk garam kina dan *essential oil* mencatatkan nilai sebesar Rp 63 miliar, sedangkan penjualan obat dan alat kesehatan mencapai Rp 316 juta. Di sisi lain, beban pokok penjualan berhasil ditekan dari Rp 3,6 triliun menjadi Rp 2,8 triliun sepanjang Januari-Juni 2025. Beban usaha juga mengalami penurunan dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 1,4 triliun pada periode yang sama.

Hingga 30 Juni 2025, total liabilitas Kimia Farma tercatat sebesar Rp 11,6 triliun dengan ekuitas sebesar Rp 14,9 triliun. Total aset perusahaan mencapai Rp 14,9 triliun.

Sepanjang tahun 2024, Kimia Farma mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 1,1 triliun, menunjukkan penurunan dibandingkan kerugian sebesar Rp 2,2 triliun pada tahun sebelumnya. Pada periode tersebut, pendapatan perusahaan mencapai Rp 9,9 triliun, didorong oleh penjualan kepada pihak ketiga lokal sebesar Rp 8,8 triliun, pihak berelasi sebesar Rp 990 miliar, ekspor garam kina dan *essential oil* sebesar Rp 117 miliar, yodium dan derivat sebesar Rp 2,1 miliar, serta obat dan alat kesehatan sebesar Rp 17 miliar.

Pilihan Editor: Danantara Jadi Juru Selamat BUMN Farmasi yang Kolaps

Tags:

Share:

Related Post