Delapan dekade setelah Indonesia merdeka, mimpi terang masih menjadi tantangan bagi sebagian masyarakat. Akses listrik, kebutuhan vital di era modern, belum sepenuhnya merata di seluruh pelosok negeri. Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR pada Juni lalu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM, Jisman Hutajulu, mengungkapkan fakta yang cukup mencengangkan: 1,28 juta rumah tangga di Indonesia belum terjangkau aliran listrik. Angka ini setara dengan 1,49 persen dari total 86,6 juta rumah tangga di seluruh Indonesia. Sebuah persentase kecil, namun mewakili harapan yang belum terwujud bagi jutaan warga.
Jisman menjelaskan bahwa 1,28 juta rumah tangga tersebut tersebar di 10.068 lokasi yang berbeda, mencakup wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan beberapa provinsi di kawasan timur Indonesia. Meskipun rasio elektrifikasi rumah tangga secara nasional telah mencapai 98,51 persen, masih ada jutaan warga yang hidup dalam kegelapan. “Kita memang sudah hampir mencapai elektrifikasi universal, tapi jangan lupakan mereka yang masih tertinggal,” tegas Jisman pada Senin, 30 Juni 2025.
Data lebih rinci dari Kementerian ESDM menunjukkan bahwa hingga akhir 2024, terdapat sekitar 340 kecamatan atau sekitar 6.700 desa yang belum terhubung dengan jaringan listrik dari PT PLN (Persero). Kondisi ini menuntut perhatian serius dan solusi konkret.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyoroti bahwa sekitar 1,3 juta rumah tangga di wilayah-wilayah terpencil tersebut masih mengandalkan listrik berbahan bakar minyak (BBM) yang mahal. “Sebagian besar masyarakat di sana menggunakan listrik swadaya, itupun terbatas, dan berbasis BBM yang harganya sangat membebani,” ujar Bahlil saat peresmian PLTA Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, awal Januari lalu.
Untuk mewujudkan impian terang bagi seluruh masyarakat Indonesia, Bahlil memperkirakan dibutuhkan anggaran sekitar Rp 48 triliun dalam lima tahun ke depan. “Insya Allah, dengan arahan Presiden, target semua dusun, desa, dan kecamatan bisa teraliri listrik dapat diwujudkan,” ungkapnya optimis.
Pemerintah tidak tinggal diam. Bahlil juga menyampaikan bahwa pemerintah sedang menyiapkan program listrik desa yang ambisius. Melalui program ini, ditargetkan 5.758 desa akan dialiri listrik dalam lima tahun ke depan. “Listrik adalah hak dasar setiap warga negara. Program ini bukan sekadar pilihan, melainkan kewajiban negara untuk memenuhinya,” tegasnya.
Program elektrifikasi pedesaan ini diharapkan dapat menyalurkan listrik ke 780 ribu rumah tangga melalui pembangunan pembangkit listrik dengan total kapasitas 394 megawatt. Pemerintah berkomitmen untuk memprioritaskan energi baru terbarukan (EBT) untuk desa-desa terpencil, sebagai solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Total investasi yang dibutuhkan untuk program ini diperkirakan mencapai Rp 50 triliun.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menambahkan bahwa dalam jangka pendek, pemerintah akan memprioritaskan elektrifikasi di kawasan timur Indonesia. “Wilayah timur adalah last mile dari elektrifikasi nasional. Anggaran dan instrumen percepatannya sedang disiapkan secara matang,” kata Dadan di Jakarta, Kamis, 3 Juli 2025. Dengan fokus dan strategi yang tepat, diharapkan mimpi terang bagi seluruh masyarakat Indonesia dapat segera terwujud.
Pilihan Editor: Lamban Realisasi Penyediaan Listrik