Sibisnis JAKARTA. Kinerja portofolio investasi menunjukkan tren positif sepanjang tahun berjalan hingga September 2025. Aset apa saja yang memberikan keuntungan (cuan) paling tinggi?
Hingga September 2025, emas Antam dan emas spot menjadi primadona investasi dengan imbal hasil masing-masing sebesar 37,9% dan 36,62% *year-to-date* (YtD). Angka ini menunjukkan betapa menariknya emas sebagai aset investasi di tengah kondisi pasar yang dinamis.
Selain emas, aset kripto Ethereum juga mencatatkan kinerja yang menggembirakan dengan *return* 20,97% YtD. Diikuti oleh *pairing* mata uang CHF/IDR dengan *return* 16,95% YtD, serta EUR/IDR yang memberikan imbal hasil sebesar 15,6% YtD. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut mencatatkan pertumbuhan positif dengan *return* 13,39% YtD.
Melihat performa investasi yang menggembirakan ini, CEO dan Founder Finansialku, Melvin Mumpuni, memberikan pandangannya. Menurutnya, emas, baik fisik maupun digital, masih menjadi pilihan menarik untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.
Melihat Kinerja Portofolio Investasi per September 2025, Emas Masih Paling Cuan
“Oleh karena itu, investor dapat memanfaatkan momentum saat harga emas terkoreksi untuk melakukan pembelian,” ungkap Melvin kepada Kontan, Senin (1/10).
Untuk investasi jangka menengah, Melvin merekomendasikan saham dividen (*dividend stock*) yang secara rutin membagikan dividen. Ia menyoroti bahwa saat ini banyak saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang harganya masih terdiskon, sehingga menjadi peluang menarik bagi investor.
“Investor ritel yang mengincar dividen dapat mulai menghitung potensi *dividend yield*-nya,” tambahnya. Analisis potensi *dividend yield* ini penting untuk memperkirakan potensi keuntungan yang bisa didapatkan dari investasi saham dividen.
Lebih lanjut, Melvin menilai bahwa reksadana pendapatan tetap masih menjadi pilihan investasi yang menarik karena mampu memberikan imbal hasil yang relatif stabil. Terutama, reksadana yang sebagian besar portofolionya terdiri dari obligasi korporasi.
Cuan Maksimal! Racik Portofolio Investasi Saat Bunga BI Rendah
Dalam kondisi suku bunga Bank Indonesia (BI) yang rendah, Melvin merekomendasikan strategi alokasi aset yang optimal. Ia menyarankan untuk mengalokasikan sekitar 30% portofolio ke reksadana pendapatan tetap dan obligasi pemerintah, sementara sisanya tetap ditempatkan di saham. Diversifikasi ini bertujuan untuk menyeimbangkan risiko dan potensi keuntungan dalam portofolio investasi.
Secara umum, Melvin menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan *profit taking*, atau merealisasikan keuntungan dari investasi yang telah meningkat nilainya.
“Dana hasil keuntungan sebaiknya disimpan sementara dalam bentuk kas, sambil menunggu peluang investasi berikutnya,” pungkasnya. Dengan menyimpan dana dalam bentuk kas, investor memiliki fleksibilitas untuk memanfaatkan peluang investasi baru yang mungkin muncul di masa depan.