Sibisnis – Jakarta – Senja merambat turun di Jakarta, mewarnai langit saat sekelompok anak muda berlatih renang di kolam Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP), Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Gemericik air menjadi melodi latar sore itu. Di antara para peserta latihan, dua taruna, Randi Lesilawang dan Irsan Naufal Azhari Shaleh, bergegas menepi.
Randi, pemuda berusia 19 tahun dari Maluku, kini menempuh semester empat program studi Teknologi Penangkapan Ikan. Sebagai anak ke-11 dari 12 bersaudara dalam keluarga sederhana, Randi memandang pendidikan sebagai jangkar harapan. “Suatu saat saya akan membangun usaha sendiri,” ujarnya dengan suara lirih, namun penuh keyakinan yang membara. “Karena itu, saya benar-benar fokus pada apa yang saya perjuangkan saat ini,” ungkapnya kepada Tempo, Rabu, 31 Juli 2025.
Pesan orang tuanya sebelum merantau ke Jakarta terngiang jelas di benaknya: “Di tanah rantau, jangan mudah menyerah. Kita di sini juga hidup susah.” Kata-kata itu menjadi kompasnya. Kini, ia menjadi salah satu dari empat bersaudara yang berhasil mengenyam pendidikan tinggi.
Tidak jauh dari Randi, berdiri Irsan, pemuda asal Buton, Sulawesi Tenggara. Seangkatan dengan Randi, Irsan memilih jurusan yang berbeda, yaitu Mesin Perikanan. Putra seorang petani dan nelayan ini mengakui bahwa dirinya minim pengetahuan tentang mesin sebelum memasuki dunia perkuliahan.
Namun, ketidaktahuan itu berhasil diatasi berkat proses pembelajaran yang intensif. “Bahkan dari nol pun, kita bisa belajar di sini. Saya adalah buktinya. Dulu, saya tidak tahu apa-apa tentang mesin,” kenangnya tentang masa-masa awal perjuangannya. “Yang terpenting adalah keyakinan. Berjuanglah dengan sungguh-sungguh. Tidak ada yang bisa membuat kita sukses, kecuali diri sendiri.”
Irsan mengenal Politeknik AUP dari saudaranya yang merupakan alumni. Kini, impiannya tertata jelas: bekerja di kapal perikanan luar negeri, seperti di Australia. Meskipun terpisah ribuan kilometer dari orang tua, doa menjadi jembatan abadi yang tak lekang oleh jarak. “Doa mereka adalah segalanya… Doa saja sudah cukup,” ucapnya, menyeka butiran embun yang nyaris jatuh dari pelupuk matanya.
Transformasi Pendidikan Vokasi Kelautan
Kisah Randi dan Irsan hanyalah secuil dari ribuan kisah inspiratif para pemuda yang menimba ilmu di Politeknik Kelautan dan Perikanan (KP), institusi pendidikan tinggi vokasi di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Merujuk data dari situs resmi KKP, saat ini Politeknik KP membina 11 kampus yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan jumlah peserta didik aktif mencapai lebih dari 5.500 orang.
Dari seluruh satuan pendidikan tinggi tersebut, hanya Politeknik AUP Jakarta yang menyelenggarakan pendidikan hingga jenjang D4 dan Magister Terapan. Sisanya, tersebar di berbagai daerah dan umumnya menawarkan program jenjang D3 dan D1. Namun, perubahan signifikan tengah dipersiapkan.
Politeknik AUP kini bersiap menyambut transformasi kelembagaan menjadi Ocean Institute of Indonesia (OII), sebuah langkah strategis untuk menyatukan 11 satuan pendidikan tinggi di bawah payung standar mutu yang lebih global dan terintegrasi. “Tagline kami menuju OII adalah perbaikan manajemen, pola pendidikan, kurikulum, dan efisiensi. Pemilihan kampus ke depan tidak lagi berbasis wilayah, melainkan berdasarkan kepakaran dan keunggulan program studi,” jelas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan (BPPSDM), I Nyoman Radiarta, dalam siaran resmi KKP di Jakarta, Rabu, 18 September 2024.
Transformasi ini merupakan arahan langsung dari Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono. Ia berharap lembaga pendidikan ini mampu mencetak SDM kelautan dan perikanan yang produktif, dinamis, dan bertalenta global. Pendidikan yang sebelumnya berbasis kewilayahan akan didesain ulang agar lebih fokus, berbasis riset, dan relevan dengan kebutuhan industri maritim masa kini dan masa depan.
Setelah 62 tahun berkiprah, lembaga ini telah melahirkan lebih dari 13.000 lulusan D4 dan 250 lulusan pascasarjana. Saat ini, AUP menaungi 2.870 taruna, 39 mahasiswa magister terapan, serta 181 dosen, enam di antaranya adalah guru besar. Empat guru besar akan dikukuhkan dalam rangkaian Dies Natalis ke-62 tahun ini.
Dengan sistem teaching factory, para peserta didik Politeknik KP mendapatkan porsi praktik hingga 70 persen dari total kurikulum. Mereka tidak hanya memperoleh ijazah, tetapi juga sertifikat keahlian yang diakui secara nasional dan internasional.
Sejak tahun lalu, prioritas penerimaan peserta didik Politeknik KP diberikan kepada anak-anak dari pelaku utama sektor kelautan dan perikanan, termasuk nelayan, pembudidaya, pengolah, pemasar, hingga petambak garam. Hanya Politeknik KP Sidoarjo yang juga menerima peserta dari masyarakat umum karena telah berstatus Badan Layanan Umum (PK-BLU).
Pilihan editor: Masihkah Indonesia Layak Investasi