Rupiah Galau Jelang Pertemuan China-AS: Peluang atau Ancaman?

Admin

No comments

JAKARTA. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan fluktuasi yang cukup dinamis sepanjang pekan ini. Sentimen dari dalam dan luar negeri silih berganti memengaruhi laju mata uang Garuda ini di pasar valuta asing.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan spot, rupiah sempat menguat tipis 0,16% ke level Rp 16.602 per dolar AS. Namun, jika dibandingkan dengan posisi pada pekan sebelumnya yang berada di level Rp 16.590 per dolar AS, secara keseluruhan rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,07%.

Sementara itu, menurut kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), rupiah mencatatkan penguatan harian sebesar 0,09% menjadi Rp 16.630 per dolar AS. Kendati demikian, dalam rentang waktu satu pekan, rupiah Jisdor juga mengalami depresiasi sebesar 0,24% dari posisi minggu lalu yang berada di Rp 16.590 per dolar AS.

Lukman Leong, seorang analis dari Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa pergerakan rupiah selama sepekan terakhir ini dipengaruhi oleh kombinasi berbagai sentimen penting.

“Di antara faktor-faktor yang memengaruhi adalah ekspektasi positif dari pertemuan antara China dan Amerika Serikat terkait perundingan dagang. Selain itu, keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan, namun memberikan sinyal kemungkinan penurunan suku bunga di masa depan, juga turut diperhatikan. Pasar juga menantikan rilis data inflasi AS, yang akan menjadi data ekonomi pertama yang dirilis setelah penutupan pemerintahan (shutdown) di AS,” jelas Lukman.

Rupiah Spot Ditutup Menguat 0,16% ke Rp 16.602 per Dolar AS pada Jumat (24/10/2025)

Lebih lanjut, Lukman menyoroti bahwa rilis data ekonomi AS pada pekan mendatang masih bersifat tentatif. Ia memprediksi bahwa dalam sepekan ke depan, nilai tukar rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.500 hingga Rp 16.700 per dolar AS. “Investor akan sangat memperhatikan hasil pertemuan antara China dan Amerika Serikat pada pekan depan,” imbuh Lukman kepada Kontan pada hari Jumat (24/10).

Di sisi lain, sentimen domestik juga memainkan peran penting dalam pergerakan rupiah. Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat mata uang dan komoditas, menyoroti perkembangan terkait likuiditas perekonomian sebagai salah satu faktor yang memengaruhi. Bank Indonesia mencatat bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada bulan September 2025 mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi.

Menurut laporan BI, pertumbuhan M2 pada September 2025 tercatat sebesar 8,0% (year-on-year/yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Agustus 2025 yang sebesar 7,6% (yoy). Dengan demikian, total M2 mencapai Rp 9.771,3 triliun.

Rupiah Tergelincir Menjadi Rp 16.602 per Dolar AS Sepanjang Pekan Ini

Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 10,7% (yoy) dan uang kuasi sebesar 6,2% (yoy). Selain itu, pertumbuhan M2 pada September 2025 juga dipengaruhi oleh aktiva luar negeri bersih, penyaluran kredit, dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus).

Berdasarkan berbagai sentimen tersebut, Ibrahim memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.580 hingga Rp 16.700 per dolar AS pada pekan mendatang.

Tags:

Share:

Related Post