Rupiah Hari Ini: Proyeksi Kurs Dolar Senin, 4 Agustus 2024

Admin

No comments

Nilai tukar rupiah mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari Jumat (1 Agustus 2025). Sentimen pasar yang bergejolak dan sejumlah faktor domestik menjadi pendorong utama pelemahan ini.

Data Bloomberg menunjukkan rupiah di pasar spot terdepresiasi sebesar 0,35%, berada di level Rp 16.513 per dolar AS. Sementara itu, kurs referensi Jisdor Bank Indonesia juga mencatat pelemahan sebesar 0,21% ke posisi Rp 16.494 per dolar AS.

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menjelaskan bahwa sentimen risk-off kembali menghantui pasar Asia setelah pemerintah AS mengumumkan pemberlakuan tarif baru terhadap beberapa negara di kawasan tersebut. Meskipun tarif yang dikenakan relatif lebih rendah dibandingkan pengumuman sebelumnya pada 1 April, sebagian besar masih berada di atas ambang 10%.

“Saat ini, pasar fokus mencermati perkembangan perundingan dagang antara AS dan China, terutama menjelang tenggat waktu penundaan pengenaan tarif,” ungkap Josua kepada Kontan.co.id.

Secara kumulatif mingguan, rupiah tercatat melemah. Penguatan data ekonomi AS dan hasil rapat FOMC yang belum memberikan kejelasan mengenai arah kebijakan The Fed turut berkontribusi pada tekanan terhadap mata uang Garuda.

Menatap pekan depan, Josua memperkirakan rupiah masih berpotensi mengalami pelemahan terbatas. “Pemicunya adalah perkiraan rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2025 yang diproyeksikan melambat dibandingkan kuartal sebelumnya,” jelasnya. Meskipun demikian, peluang penguatan rupiah di awal pekan tetap terbuka, terutama jika data tenaga kerja AS mengindikasikan adanya pelonggaran.

Dari sisi domestik, Analis Mata Uang Ibrahim Assuaibi menyoroti tekanan yang berasal dari sektor manufaktur. Kontraksi yang terjadi selama empat bulan berturut-turut mencerminkan penurunan output dan permintaan baru, termasuk kinerja ekspor.

“Perusahaan-perusahaan juga mulai berupaya menekan biaya operasional dengan melakukan pengurangan tenaga kerja dan pembelian,” kata Ibrahim.

Tekanan biaya produksi semakin terasa sejak awal semester II-2025, ditandai dengan lonjakan inflasi input akibat kenaikan harga bahan baku dan pelemahan rupiah. Sebagian dari beban ini dialihkan kepada konsumen, meskipun inflasi output masih terkendali.

Lebih lanjut, Ibrahim mencatat bahwa optimisme pelaku usaha terhadap prospek 12 bulan ke depan mengalami penurunan signifikan pada bulan Juli, mencapai level terendah dalam survei.

Untuk proyeksi perdagangan pada Senin (4 Agustus 2025), Josua memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.450 – Rp 16.575 per dolar AS. Sementara itu, Ibrahim memprediksi rupiah akan fluktuatif, namun cenderung melemah ke kisaran Rp 16.510 – Rp 16.560 per dolar AS.

Tags:

Share:

Related Post