Saham Pilihan: Kinerja Emiten Kuartal IV & Window Dressing 2024

Admin

No comments

Sibisnis JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencetak rekor tertinggi baru, namun фундаментальныя masih dinilai belum cukup kuat karena adanya aksi jual bersih (net sell) dari investor asing.

Meski demikian, masih ada harapan bagi IHSG untuk kembali menguat. Sentimen positif dari aksi *window dressing* dan rilis kinerja kuartalan emiten menjadi pendorong utama. Jika hal ini terwujud, saham-saham *blue chips* berpotensi mencatatkan kinerja yang gemilang di sisa tahun ini.

Liza Camelia Suryanata, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, menyoroti bahwa secara historis, kinerja IHSG di kuartal IV seringkali positif. Pada bulan Oktober, indeks rata-rata naik 1%, November cenderung стабильны, dan Desember menguat sekitar 2,3% hingga 3,1%.

“Kombinasi ini menghasilkan *return* kuartalan sekitar 2% hingga 4%, dengan rata-rata sekitar 3%,” jelas Liza dalam risetnya, Jumat (3/10/2025).

Simak Rekomendasi Saham AMRT, MAPI, RALS, ICBP untuk Perdagangan Senin (6/10)

Sebelumnya, IHSG juga telah mendapatkan katalis positif dari stimulus ekonomi, injeksi likuiditas perbankan, tren penurunan suku bunga global dan domestik, serta rebalancing MSCI.

Sayangnya, katalis-katalis tersebut belum mampu menarik minat investor asing untuk bertahan di pasar saham Indonesia. Tercatat hingga Jumat kemarin, asing melakukan *net sell* sebesar Rp 56,93 triliun di seluruh pasar sejak awal tahun.

Meski demikian, Liza menyarankan agar investor tetap optimis dengan dua sentimen yang masih ada, yaitu perbaikan kinerja kuartalan emiten, terutama bank-bank besar, dan aksi *window dressing*.

“Tradisi Desember (window dressing) tetap menjadi faktor pendorong utama IHSG menjelang akhir tahun,” kata Liza.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, sependapat bahwa kedua katalis tersebut masih berpotensi menjadi bahan bakar bagi pergerakan IHSG di sisa tahun ini.

Big Banks Terbanyak, Simak Saham Net Sell Terbesar Asing Sepekan Terakhir

Apalagi, jika bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, benar-benar memangkas suku bunga pada Oktober dan Desember, sentimen positif akan semakin kuat.

“Didukung dengan sentimen global, potensi *window dressing* akan semakin besar,” jelas Nico.

Liza menambahkan, sentimen global juga dipengaruhi oleh penutupan pemerintahan (government shutdown) AS yang berdampak pada kondisi perekonomian dan pasar saham negara tersebut.

Selain itu, ada pertemuan OPEC+ yang berpotensi meningkatkan produksi minyak mentah, serta forum Conference of the Parties (COP) 30 di Brazil yang akan mengangkat isu komoditas hijau seperti nikel dan tembaga.

Program MBG Diproyeksi Dukung Kinerja Emiten Konsumer, Cermati Saham Pilihan Analis

Dengan demikian, kinerja emiten yang tercermin dalam laporan keuangan kuartal berikutnya akan menjadi salah satu faktor penentu kekuatan IHSG. Jika perbaikan kinerja terlihat nyata, emiten-emiten *blue chips* dinilai berpeluang untuk kembali menunjukkan performa terbaiknya setelah mengalami penurunan sejak awal tahun.

Blue Chips Siap Kembali Unjuk Gigi

Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, memprediksi bahwa sektor perbankan besar seperti BBCA dan BBNI akan mencatatkan laba yang lebih baik secara kuartalan karena adanya perbaikan pada net interest margin (NIM).

Sektor konsumer seperti ICBP dan MYOR juga diprediksi akan mengalami peningkatan kinerja karena didukung oleh penurunan harga komoditas.

Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, menambahkan bahwa sektor properti seperti CTRA, BSDE, dan PWON juga berpeluang untuk pulih, terutama karena sektor ini sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga.

“Tapi mungkin full year baru terlihat lebih baik,” tambahnya. Emiten konsumer seperti ICBP, MAPI, AMRT pun dinilainya memiliki kesempatan yang sama.

Rekomendasi Saham Pilihan untuk Senin (6/10), IHSG Menguat 0,23% di Pekan Ini

Liza menyebutkan bahwa sektor teknologi juga akan diuntungkan jika ada katalis kontrak atau *orderbook* yang terdorong oleh peristiwa tertentu (*event-driven*).

Kinerja emiten transportasi dan logistik pun kerap meningkat saat terjadi periode puncak permintaan (*peak season*) menjelang akhir tahun.

Nico menambahkan, sektor energi, teknologi, emas, non siklikal, bahan dasar, dan industri juga berpotensi mengalami perbaikan kinerja di sisa tahun ini.

Namun, Nico mengingatkan bahwa semuanya akan kembali pada sektor, fundamental, serta potensi valuasi masing-masing karena sentimen dapat berubah dengan cepat. “Apabila kenaikan *blue chips* sudah tinggi, hal ini perlu diwaspadai agar jangan sampai mengalami penurunan,” wantinya.

Rekomendasi Saham

Di sektor konsumer non siklikal, Liza merekomendasikan investor untuk mempertimbangkan saham JPFA, ICBP, dan SSMS dengan target harga masing-masing Rp 2.330, Rp 11.450, dan Rp 2.400. Di sektor energi, ada AKRA yang menarik untuk dilirik dengan target harga Rp 1.630.

Untuk sektor infrastruktur, HGII, IPCC, dan PGEO bisa menjadi pilihan, dengan target harga masing-masing Rp 210, Rp 1.330, dan Rp 1.800. Untuk sektor keuangan, BBRI dan BMRI juga dijagokan Liza di harga Rp 4.720 dan Rp 6.300.

Asing Catat Net Buy di Akhir Pekan, Cermati Saham yang Banyak Diborong

Sementara dari sektor barang baku dasar, ANTM dinilai menarik dengan target harga Rp 4.000, konsumer siklikal ada HRTA di Rp 1.100, dan CYBR untuk sektor teknologi dengan target Rp 1.450 per saham.

Untuk jangka panjang, Hans mengunggulkan saham-saham *blue chips* seperti BBCA, ASII, dan BBRI. “Lakukan akumulasi beli kalau terjadi koreksi di saham atau pasar saham,” sarannya.

Adapun rekomendasi Harry jatuh pada BBCA, TLKM, ICBP, AMRT, dan JPFA dengan target harga masing-masing di Rp 9.600, Rp 3,900, Rp 12.800 Rp 3,000, dan Rp 2.000.

“Kami menilai emiten ini defensif, memiliki fundamental kuat, dan berpotensi memberi kontribusi pada pergerakan IHSG di tengah volatilitas saham *laggard*,” tutupnya.

Tags:

Share:

Related Post