KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sektor kesehatan di pasar modal Indonesia sedang bersinar terang. Indeks Saham Sektor Kesehatan (IDX Healthcare) terus mencatatkan performa yang mengesankan. Para analis meyakini bahwa kinerja positif ini didorong oleh performa emiten sektor kesehatan yang solid, serta dukungan kebijakan kesehatan pemerintah yang proaktif.
Pada penutupan perdagangan Kamis, 21 Agustus 2025, IDX Healthcare berada di level 1.717,54, menguat 0,22%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini telah melonjak 8,33%. Bahkan sejak awal tahun, IDX Healthcare telah melesat 19,63% secara *year to date* (YtD), menunjukkan ketahanan dan potensi pertumbuhan yang signifikan.
Kinerja cemerlang ini menempatkan IDX Healthcare di urutan kelima indeks dengan penguatan tertinggi. Posisi teratas diduduki oleh IDX Technology, disusul IDX Basic Materials, IDX Infrastructures, dan IDX Transportation & Logistics. Meski demikian, laju IDX Healthcare tetap menjadi sorotan investor.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, berpendapat bahwa salah satu faktor utama pendorong penguatan indeks ini adalah kenaikan anggaran kesehatan yang direncanakan oleh Presiden Prabowo Subianto pada tahun 2026 mendatang. Anggaran yang lebih besar ini diharapkan menjadi katalis positif bagi pertumbuhan sektor kesehatan secara keseluruhan.
Seperti yang tercantum dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2026, pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar Rp 244 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 15,8% dibandingkan dengan *outlook* tahun ini yang sebesar Rp 210,6 triliun. Alokasi anggaran yang lebih besar ini menjadi angin segar bagi industri kesehatan.
“Kondisi ini tentunya sangat menguntungkan, terutama bagi emiten rumah sakit yang memiliki eksposur tinggi terhadap pasien BPJS,” jelas Nafan kepada Kontan, Kamis (21/8/2025). Dengan jangkauan BPJS yang semakin luas, rumah sakit akan merasakan dampak positifnya dalam bentuk peningkatan jumlah pasien dan pendapatan.
Selain dukungan anggaran, sentimen positif juga dipicu oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat. Tren ini tidak hanya berfokus pada pengobatan (kuratif), tetapi juga pencegahan (preventif), menciptakan peluang baru bagi sektor kesehatan.
Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, menyoroti peran penting saham emiten rumah sakit seperti PT Medialoka Hermina Tbk (HEAL), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) sebagai penggerak utama indeks sektor ini. Ekspansi agresif yang dilakukan oleh emiten-emiten ini menjadi salah satu faktor pendorong kinerja positif.
MIKA, misalnya, pada semester I 2025 telah membuka rumah sakit ke-31 dan berencana untuk membuka tiga rumah sakit lagi dalam rentang semester II 2025 hingga tahun 2026. Ekspansi ini berdampak positif pada kinerja keuangan perusahaan. Hingga akhir Juni 2025, MIKA membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih masing-masing sebesar 4,52% YoY dan 5,98% YoY.
Kinerja SILO juga tak kalah memukau. Pada semester I 2025, laba SILO melesat 41,62% YoY, sementara pendapatannya naik 1,46% YoY. Angka-angka ini mencerminkan efisiensi operasional dan kemampuan SILO dalam memanfaatkan peluang pasar.
Baru-baru ini, Grup Djarum juga menunjukkan kepercayaan pada sektor kesehatan dengan memborong saham HEAL sebanyak 559,18 juta lembar pada 25 Juni 2025. Konglomerasi ini membeli saham HEAL di harga Rp 1.875 per saham, yang berada di atas rata-rata harga pasar saat itu sebesar Rp 1.375 per saham. Investasi ini mengindikasikan potensi pertumbuhan HEAL di masa depan.
Indy memproyeksikan bahwa sektor kesehatan akan terus tumbuh dengan pesat, didukung oleh kinerja solid ketiga emiten rumah sakit tersebut. “Namun, memang ada tantangan dari sektor farmasi, yaitu kenaikan harga bahan baku,” jelasnya. Kenaikan harga bahan baku ini perlu diwaspadai karena dapat mempengaruhi margin keuntungan perusahaan farmasi.
Nafan juga sependapat bahwa sektor rumah sakit akan menjadi tulang punggung indeks ini ke depan, diikuti oleh emiten farmasi. Terlebih lagi, rumah sakit sering kali dilengkapi dengan layanan farmasi tersendiri. “Jadi, nanti distribusi obat pun bisa semakin meluas, sehingga tentunya bisa meningkatkan penetrasi pasar produk farmasi,” ujar Nafan. Integrasi antara layanan rumah sakit dan farmasi dapat menciptakan sinergi yang menguntungkan.
Dengan prospek yang menjanjikan tersebut, saham HEAL dinilai layak untuk dicermati ke depan oleh Nafan dan Indy. Nafan merekomendasikan *buy* atau menambah porsi kepemilikan HEAL dengan target harga Rp 1.775 per saham. Rekomendasi ini didasarkan pada analisis fundamental dan potensi pertumbuhan HEAL di masa depan.