Sibisnis, PADANG – Harga cabai merah di Sumatra Barat (Sumbar) melonjak dan dirasakan oleh masyarakat di berbagai daerah. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar mengungkap sejumlah penyebab utama di balik fenomena ini.
Sekretaris Daerah Pemprov Sumbar, Arry Yuswandi, menjelaskan bahwa penurunan produktivitas cabai merah lokal dan berkurangnya pasokan dari luar daerah menjadi faktor krusial. Di sisi lain, kebutuhan cabai merah terus meningkat, terutama untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Untuk menstabilkan harga pangan, kami berkolaborasi dengan Bank Indonesia dan Bulog melalui pelaksanaan pasar murah. Harapannya, inisiatif ini dapat meringankan beban masyarakat dengan menawarkan harga yang lebih terjangkau,” ujar Arry Yuswandi saat ditemui di sela-sela kegiatan Pasar Murah di Padang, Minggu (28/9/2025). Dalam pasar murah tersebut, cabai merah dijual seharga Rp53.000 per kilogram, yang dipasok langsung dari Jawa Tengah.
Baca Juga: Gunung Marapi Sumbar Erupsi, Ketinggian Abu Capai 1.000 Meter
Alasan utama penggunaan cabai merah dari luar daerah dalam pasar murah adalah karena pasokan cabai merah lokal lebih diminati oleh pedagang untuk dijual kembali di pasar tradisional. “Sebenarnya, produksi cabai merah lokal Sumbar cukup memadai saat kondisi sedang bagus. Namun, saat ini, petani mengalami penurunan hasil panen,” imbuhnya.
Baca Juga: Distribusi Beras SPHP di Sumbar Masih 33% hingga September 2025
Meskipun pasar murah efektif membantu menstabilkan harga pangan, Arry mengakui bahwa pelaksanaannya tidak memungkinkan untuk dilakukan setiap hari. Hal ini perlu mempertimbangkan kondisi pedagang sembako di pasar tradisional. “Peran pasar murah adalah membantu masyarakat mendapatkan cabai merah dengan harga yang lebih murah, sehingga inflasi dapat terkendali,” tegasnya.
Baca Juga: BI Sumbar Gelar Pasar Murah hingga Pertengahan Oktober 2025, Catat Daftar Lokasinya
Kepala UPTD Distribusi Pasokan dan Akses Pangan Dinas Pangan Sumbar, Amalia, menambahkan bahwa pihaknya terus berupaya memastikan ketersediaan bahan pokok tetap aman. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan rutin menggelar pasar murah keliling untuk menjangkau masyarakat lebih luas.
“Harga bahan pokok, termasuk cabai merah, yang kami jual memang lebih murah dari harga pasar, dengan selisih terendah Rp3.000 per kilogram. Contohnya hari ini, harga cabai merah di pasar murah adalah Rp53.000 per kilogram, sementara harga di pasar mencapai Rp60.000 per kilogram,” jelasnya.
Amalia menekankan bahwa penetapan selisih harga antara pasar murah dan harga pasar perlu diperhitungkan agar pedagang pasar tetap mendapatkan keuntungan. “Untuk menghindari ketimpangan, kami juga membatasi jumlah penjualan. Pada pasar murah kali ini, kami menyiapkan 700 kilogram cabai merah yang disebar di tiga titik wilayah Padang,” ungkapnya.
Sementara itu, Meta, seorang warga Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, menuturkan bahwa harga cabai merah Kerinci di pasar mencapai Rp60.000 per kilogram, sedangkan harga cabai merah lokal mencapai Rp70.000 per kilogram pada akhir pekan ini. Harga ini merupakan yang tertinggi sejak bulan Agustus.
“Kenaikan harga cabai merah ini sudah terasa sejak dua bulan lalu. Bahkan, sempat mencapai Rp80.000 per kilogram. Jadi, bisa dibilang, menjelang akhir tahun 2025 ini, harga cabai merah sedang tinggi-tingginya,” keluhnya.
Normalnya, harga cabai merah di pasar berada di bawah Rp50.000 per kilogram, baik cabai merah lokal maupun cabai merah dari luar daerah seperti Kerinci, Jawa, dan Medan.
Namun, Meta mengaku belum pernah berkesempatan membeli cabai merah di pasar murah karena stoknya seringkali sudah habis. “Selisih harga yang ada sangat membantu. Saya pernah ingin beli, tapi pas datang sudah habis. Saya berharap kuotanya ditambah, agar masyarakat benar-benar bisa merasakan manfaat dari pasar murah ini,” harapnya. Meta menambahkan, selisih harga cabai merah di pasar murah bisa mencapai Rp10.000 per kilogram dibandingkan cabai merah dari luar daerah.