Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Investasi, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyatakan bahwa pemerintah aktif mencari sumber pendanaan untuk proyek ambisius tanggul laut raksasa, atau yang dikenal sebagai Giant Sea Wall. Proyek ini dianggap krusial untuk melindungi jutaan warga yang tinggal di pesisir utara Jawa, wilayah yang dikenal sebagai Pantura.
“Proyek Giant Sea Wall ini merupakan proyek monumental dengan kebutuhan pembiayaan yang signifikan. Kami membuka pintu untuk kolaborasi dengan berbagai negara, dan proses penjajakan kerja sama ini terus berlangsung,” ungkap AHY dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa, 21 Oktober 2025.
AHY, yang juga merupakan Ketua Umum Partai Demokrat, menyoroti bahwa penurunan permukaan tanah di Pantura saat ini mencapai 1 hingga 1,5 sentimeter per tahun. Kondisi ini, jika diabaikan, akan menjadi ancaman serius bagi sekitar 50 juta penduduk yang mendiami wilayah tersebut.
“Jika tidak ada tindakan konkret, kita bisa menyaksikan penurunan permukaan tanah mencapai 10 hingga 15 sentimeter setiap tahunnya, seperti yang telah terjadi di Jakarta Utara,” tegasnya.
Lebih lanjut, AHY menjelaskan bahwa pembangunan tanggul laut ini tidak hanya bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya banjir rob dan penurunan tanah, tetapi juga untuk menjaga pusat-pusat ekonomi strategis di sepanjang pesisir Pantura. Wilayah ini merupakan jalur logistik vital dan kawasan industri yang menopang denyut nadi perekonomian nasional.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan penegasan bahwa proyek Giant Sea Wall akan segera direalisasikan setelah mengalami penundaan selama puluhan tahun. Proyek yang telah masuk dalam rencana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sejak tahun 1995 ini, menurutnya, sudah saatnya untuk diwujudkan. “Tidak ada lagi penundaan. Kami akan segera mengerjakannya,” kata Prabowo saat meresmikan International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta, 12 Juni lalu.
Prabowo menjelaskan bahwa tanggul laut raksasa ini akan membentang sepanjang sekitar 500 kilometer, dari pantai utara Banten hingga Gresik, Jawa Timur. Proyek raksasa ini diperkirakan membutuhkan investasi hingga US$80 miliar, dengan estimasi waktu pembangunan 8 hingga 10 tahun khusus untuk wilayah Jakarta, dan 15 hingga 20 tahun untuk seluruh Pantura.
“Memang membutuhkan waktu yang lama. Namun, seperti pepatah kuno mengatakan, perjalanan seribu kilometer dimulai dengan satu langkah pertama,” ujar Prabowo dengan optimis.
Untuk memastikan kelancaran pelaksanaan proyek, pemerintah telah membentuk Badan Otorita Tanggul Laut Pantura Jawa. Badan ini akan bertanggung jawab penuh atas koordinasi pembangunan dan pengelolaan pendanaan. Tahap awal proyek akan difokuskan pada wilayah-wilayah yang paling rentan terhadap banjir rob, seperti Jakarta, Semarang, Pekalongan, dan Brebes.
Presiden Prabowo juga membuka peluang investasi asing dari berbagai negara, termasuk Cina, Korea Selatan, Jepang, serta mitra dari Eropa dan Timur Tengah. Namun, ia menekankan bahwa pemerintah tidak akan bergantung sepenuhnya pada investor asing untuk memulai proyek ini. “Yang berminat untuk berpartisipasi, silakan. Tetapi, kita tidak akan menunggu. Jika diperlukan, kita akan menggunakan sumber daya yang kita miliki,” tegas Prabowo.
Riri Rahayuningsih berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Akar Masalah Pasokan Gas Industri Seret