Warren Buffett Merugi Rp 62 Triliun: Kisah di Balik Anjloknya Saham Kraft Heinz
Investor legendaris, Warren Buffett, tengah menghadapi tantangan berat dalam karier investasinya. Melalui Berkshire Hathaway, Buffett dilaporkan mengalami kerugian hingga USD 3,8 miliar atau setara dengan Rp 62 triliun akibat penurunan nilai saham Kraft Heinz, perusahaan makanan raksasa yang sebagian sahamnya ia miliki. Kabar ini cukup mengejutkan mengingat reputasi Buffett yang dikenal piawai dalam memilih investasi yang stabil dan menguntungkan.
Penurunan nilai saham Kraft Heinz sebenarnya bukanlah kejadian tiba-tiba. Sejak awal Agustus 2025, Berkshire Hathaway sudah mengambil langkah antisipasi dengan memangkas nilai investasinya di perusahaan tersebut menjadi USD 8,4 miliar. Padahal, pada akhir tahun 2017, nilai investasi mereka mencapai lebih dari USD 17 miliar. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?
Sejak merger Kraft dan Heinz sekitar satu dekade lalu, yang turut difasilitasi oleh Buffett, harga saham perusahaan ini terus merosot. Anjloknya mencapai 62 persen, berbanding terbalik dengan indeks S&P 500 yang justru melonjak lebih dari 200 persen dalam periode yang sama. Beberapa analis berpendapat bahwa koreksi nilai investasi ini seharusnya dilakukan lebih awal untuk meminimalisir kerugian.
Buffett sendiri mengakui bahwa secara nominal, investasinya di Kraft Heinz masih menghasilkan keuntungan. Namun, ia tak menampik bahwa kinerja perusahaan tersebut jauh dari harapan. Beberapa faktor menjadi penyebabnya, termasuk perubahan selera konsumen yang kini lebih memilih produk-produk sehat, tekanan inflasi yang tinggi, serta persaingan yang semakin ketat di industri makanan global.
Menyadari tantangan yang ada, Kraft Heinz mengambil langkah strategis dengan mengumumkan restrukturisasi besar pada Mei 2025, termasuk opsi pemisahan lini bisnis. Bersamaan dengan pengumuman tersebut, Berkshire Hathaway juga memutuskan untuk mundur dari kursi dewan direksi Kraft Heinz. Langkah ini menandakan berkurangnya keterlibatan langsung Buffett dalam menentukan arah kebijakan perusahaan.
Kondisi ini berdampak signifikan pada laporan keuangan Berkshire Hathaway. Laba bersih perusahaan merosot tajam hingga 59 persen, meskipun cadangan kas mereka mencatatkan rekor baru senilai USD 344,1 miliar. Sebagai langkah kehati-hatian di tengah ketidakpastian pasar, Berkshire Hathaway lebih banyak menjual saham daripada membeli selama hampir tiga tahun terakhir.
Di usianya yang menginjak 94 tahun dan tengah mempersiapkan suksesi kepemimpinan di Berkshire Hathaway, Buffett memetik pelajaran berharga: harga saham yang mahal dan euforia merger tidak selalu menjanjikan hasil manis dalam jangka panjang.
Sekilas tentang Kraft Heinz: Perusahaan Makanan Raksasa dengan Sejarah Panjang
Kraft Heinz lahir dari penggabungan dua perusahaan makanan besar, Kraft Foods dan H.J. Heinz Company, pada tahun 2015. Kedua perusahaan ini memiliki sejarah panjang hingga ratusan tahun. Menurut laman resminya, Heinz didirikan oleh Henry John Heinz pada tahun 1876 dan terkenal dengan produk saus tomatnya yang ikonik.
Sementara itu, Kraft didirikan oleh James L. Kraft pada tahun 1909. Ia memulai bisnisnya dengan menjual keju dari rumah ke rumah. Pada tahun 2013, Berkshire Hathaway menjadi pemegang saham mayoritas Heinz Company. Kemudian, Berkshire memfasilitasi merger dengan Kraft Foods. Saat itu, Berkshire menggenggam 26,65 persen saham Kraft Heinz. Merger ini tercatat sebagai yang terbesar kelima di dunia dan ketiga terbesar di Amerika Utara.
Berkantor pusat di Chicago dan Pittsburgh, Kraft Heinz beroperasi secara global. Pada tahun 2021, perusahaan ini mencatatkan penjualan lebih dari USD 26 miliar dan menjadi pemain kunci di industri makanan global. Beberapa merek terkenalnya termasuk Kraft, Heinz, Oscar Mayer, dan Maxwell House. Di Indonesia, mereka hadir melalui PT Kraft Heinz ABC Indonesia yang memproduksi berbagai saus dan makanan kemasan.
Saat ini, Kraft Heinz mempekerjakan lebih dari 37.000 orang dan dipimpin oleh CEO Carlos Abrams-Rivera. Ia memfokuskan strategi pertumbuhan pada tiga area utama: pasar ritel Amerika Utara, layanan makanan, dan pasar negara berkembang. Melalui restrukturisasi yang sedang berjalan, Kraft Heinz berharap dapat kembali memperkuat posisinya sebagai pemimpin industri makanan di tingkat global.
Pilihan Editor: Gonta-ganti Status Bandara